Jumat 28 Aug 2015 08:00 WIB
Rupiah Melemah

BI: Koordinasi yang Baik bisa Lalui Pelemahan Ekonomi

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Gubernur Bank Indonesai (BI) Agus Martowardojo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Selasa (18/8).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Gubernur Bank Indonesai (BI) Agus Martowardojo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Selasa (18/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyakini, dengan koordinasi yang baik pelambatan ekonomi bisa dilalui.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, pihaknya dan Menteri Keuangan diminta melaporkan perkembangan kondisi ekonomi moneter dan memberikan informasi mengenai kondisi terkini dari sisi moneter dan fiskal.

Menurut Agus, kondisi berkembang akhir-akhir ini lebih mengkhawatirkan AS menaikkan tingkat suku bunga, Devaluasi yuan oleh Cina, dan penurunan tingkat suku bunga acuan di Cina. Ketiga hal itu disertai dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang sedang melambat.

Agus menerangkan, hal-hal tersebut berdampak terhadap Indonesia. Karena itu, pihaknya lebih banyak melaporkan perkembangan ekonomi dan moneter secara umum.

Dia menuturkan, koordinasi antara pemerintah pusat dan BI serta Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) terus melakukan koordinasi. Dia juga menjelaskan saat pertemuan, koordinasi terjalin dengan apik.

Agus mengatakan, BI akan terus menerbitkan kebijakan moneter yang hati-hati dan konsisten. Tujuannya, membawa inflasi menuju sasaran. ''Sasarannya empat plus minus satu dan juga mengarah pada transaksi berjalan yang defisitnya lebih rendah,'' kata dia, Istana Negara, Kamis (27/8).

Dia menuturkan, BI juga akan terus menerbitkan kebijakan makroprudensial. Tujuannya, walaupun makroekonomi dijaga supaya tetap stabil tetapi pertumbuhan kredit harus bisa berjalan supaya pembiayaan bagi ekonomi Indonesia bisa efisien.

Agus melanjutkan, selain itu juga dijelaskan tentang implementasi kebijakan untuk mengelola utang luar negeri dunia usaha. Dengan begitu, bisa dilakukan secara hati-hati sehingga tidak ada risiko nilai tukar. Pasalnya, likuiditas bisa menjadi ancaman bagi perusahaan.

Dia juga melaporkan, BI telah menerbitkan kebijakan penggunaan rupiah di dalam negeri.

Dia berharap, periode perekonomian seperti saat ini bisa dilalui. Lalu, secara fundamental ekonomi, Indonesia terjadi perbaikan. Semisal, inflasi yang tadinya delapan persen mengarah ke 4-5 persen. Kemudian, defisit transaksi berjalan menyusut dari 4,2 persen PDB menjadi di kisaran dua persen. Selain itu, dilihat neraca perdagangan tahun lalu yang defisit kini sudah rebound menjadi surplus.

Agus mengatakan, dalam pertemuan tadi juga membahas prediksi perekonomian pada 2016. Konsensus memprediksi pertumbuhan perekonomian dunia akan lebih baik di kisaran 3,8 persen pada 2016. Hal itu lebih baik dibandingkan tahun ini di level 3,3 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement