Jumat 28 Aug 2015 06:07 WIB
Rupiah Melemah

JP Morgan Luruskan Salah Paham Kondisi Obligasi di Indonesia

Rep: Qommaria Rostanti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
A sign outside the headquarters of JP Morgan Chase & Co in New York, September 19, 2013.
Foto: Reuters/Mike Segar
A sign outside the headquarters of JP Morgan Chase & Co in New York, September 19, 2013.

REPUBLIKA.CO.ID,‎JAKARTA -- Lembaga Manajer Investasi JP Morgan mengklarifikasi adanya kesalahpahaman terkait kondisi obligasi di Indonesia. Dalam rilisnya berjudul IDR rates: Will positioning risk catch up with INDOGBs? Move to U, JP Morgan tidak pernah menyarankan investor untuk hengkang dari Indonesia.

Namun dalam data tersebut, JP Morgan menyebutkan bahwa obligasi Indonesia rentan mengalir keluar (outflow). "Obligasi Indonesia cukup berisiko lantaran didominasi pembeli asing," tulis siaran pers JP Morgan seperti yang diterima ROL, Kamis (27/8).

Devaluasi Yuan tak luput dari perhatian karena menyebabkan pergerakan pada mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia (rupiah). Devaluasi Yuan mampu menyebabkan terjadinya tren penurunan di kawasan Asia termasuk Indonesia.

Pasar obligasi negara berkembang sering dilihat sebagai wilayah low beta untuk investor obligasi. JP Morgan khawatir investor akan mengurangi posisinya di Asia termasuk di Indonesia. "Pertumbuhan yang memiliki risiko besar bisa membuat investor mengurangi posisi kas," tulis rilis tersebut.

Meski begitu, ada faktor yang mendukung kondisi obligasi Indonesia ke depan yakni prediksi inflasi empat persen pada Desember nanti. Menurut JP Morgan, inflasi rendah cukup menguntungkan bagi pemegang obligasi khususnya investor asing karena bisa mendorong penguatan mata uang. Namun apabila nilai tukar rupiah tidak membaik dan BI tidak mengeluarkan kebijakan moneter untuk mendukung rupiah, maka tingkat inflasi rendah tidak akan terlalu pengaruh pada laju obligasi.

Dalam rilis tersebut, JP Morgan membahas prediksi penerimaan pajak tahun ini yang diperkirakan di bawah target. Apabila kesenjangan ini tidak bisa ditutup pada akhir tahun, pemerintah harus mencari sumber-sumber pendanaan yang belum dianggarkan atau mengurangi pengeluaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement