REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beragam upaya dilakukan pemerintah dalam mengendalikan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), banjir serta kekeringan 2014/2015. Upaya tersebut di antaranya melakukan pengendalian OPT utama pada tanaman padi seluas 612.836 hektare (ha). Selain itu, direalisasikan pula pelaksanaan penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) skala luas yang bersumber dari dana APBN dan APBN-P.
“PHT dari dana APBN dilakukan terhadap tanaman padi di atas lahan seluas 2.050 hektare mencapai 57,75 persen," kata Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Kementan Dwi Iswari sebagaimana dilaporkan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi seluruh Indonesia pada Senin (24/8).
Kementan juga telah melakukan realisasi pelaksanaan penerapan PHT skala luas yang bersumber dari dana APBN-P yakni untuk tanaman padi sebanyak 63 unit (1.575 ha) mencapai 19,38 persen dari rencana 325 unit (8.125 ha), jagung sebanyak 2 unit (30 ha) mencapai 15,38 persen dari rencana 13 unit (195 ha) dan kedelai belum ada realisasi dari rencana 5 unit (50 ha).
Laporan (BPTPH) Provinsi menyebut, luas areal padi yang mengalami puso karena serangan OPT, banjir dan kekeringan pada Musim Hujan (MH) 2014-2015 yakni seluas 40.627 ha atau 0,50 persen dar luas tanam 8.186.545 ha.
Adapun luas puso terbesar pada periode tersebut yakni disebabkan karena banjir seluas 34.222 ha. Kondisi terparahnya terjadi di daerah Aceh, Jawa Timur dan Banten. Puso disebabkan kekeringan seluas 5.929 ha terjadi di daerah Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah.
"Selanjutnya puso karena OPT seluas 476 ha atau sebesar 0,01 persen dari luas tanam 8.186.545 ha," lanjut dia. Kondisi terparahnya yakni puso terjadi di daerah Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara dan Banten pada Februari.