Jumat 21 Aug 2015 18:43 WIB

Pembangkit Listrik 35 Ribu MW tak Bisa Hanya Andalkan Batu Bara

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pipa air yang berasal dari Kali Segara terpasang menuju ruang turbin di Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) Segara di Desa Bentek, Gondang, Lombok Utara, NTB, Senin (8/12).
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Pipa air yang berasal dari Kali Segara terpasang menuju ruang turbin di Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) Segara di Desa Bentek, Gondang, Lombok Utara, NTB, Senin (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Managing Director of Toshiba Asia Pacific Fumio Otani mengatakan, untuk mencapai target pemerintah membangun pembangkit listrik 35 ribu mega watt (MW) tidak bisa hanya mengandalkan pembangkit listrik dari batu bara saja atau dari panas bumi saja.  Berbagai macam jenis energi yang ada di berbagai daerah di Indonesia perlu dimanfaatkan untuk menjadi sumber energi listrik.

"Indonesia memiliki berbagai sumber energi antara lain panas bumi, air, batu bara,  matahari, angin. Semua itu bisa dimanfaatkan untuk mendukung target penyediaan  pembangkit listrik 35.000 MW," katanya, Jumat, (21/8).

 

Indonesia, ujar dia, membutuhkan banyak listrik karena konsumsi listrik di Indonesia terus meningkat. Masyarakat banyak yang memiliki televisi, kulkas, komputer, laptop, bahkan AC, ini semua membutuhkan listrik.

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak gunung api sehingga menghasilkan banyak panas bumi. Di dunia potensi panas bumi Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Amerikan Serikat, disusul Jepang, Filipina, Meksiko, Islandia, Selandia Baru.

Potensi panas bumi di Indonesia, terang Fumio, mencapai 27.000 MW. Tetapi baru empat persen yang dikembangkan.

Saat ini, ujar dia, Toshiba telah membangun pembangkit listrik tenaga  panas bumi di Patuha, Bandung dan di Sarulla, Sumatera Utara. Namun Toshiba siap jika diminta membantu pemenuhan target pembangkit listrik 35 ribu MW.

"Untuk mencapai target listrik sebesar itu sulit dilakukan pemerintah sendiri. Pasti membutuhkan bantuan dari pihak swasta," ujar Fumio.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement