Jumat 21 Aug 2015 06:20 WIB

Harga Daging Ayam Meroket, Ini Penjelasan Menteri Pertanian

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Seorang pria memperhatikan los penjualan ayam yang kosong di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Kamis (20/8).  (Foto : Septianjar Muharam)
Seorang pria memperhatikan los penjualan ayam yang kosong di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Kamis (20/8). (Foto : Septianjar Muharam)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah berdiskusi dengan para ketua dari berbagai asosiasi unggas di Indonesia. Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menyebutkan, ada beberapa penyebab naiknya harga daging ayam.

Pertama, di saat libur panjang lebaran, tepatnya dari 13 Juli sampai 20 Juli 2015, para peternak ayam tak melakukan pemeliharaan ayam. "Maka kemudian yang kedua, stok ayamnya berkurang, tapi mulai hari ini stok sudah normal kembali," jelas Amran kepada wartawan, di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Kamis, (20/8).

Ia menyatakan, Kementan dan para asosiasi sudah sepakat selama seminggu ke depan harga daging ayam akan stabil lagi. "Sekarang insya Allah harga akan stabil lagi, dan menurut pengusaha unggas harga tidak mungkin sampai Rp 40 ribu per kilogram, yang ada Rp 40 ribu per ekor, karena satu ekor ayam beratnya 1,2 sampai 1,5 kilogram," jelasnya.

Amran pun menegaskan, selama ini harga ayam di tingkat peternak tak pernah berubah, tetap sama seperti sebelum ramadhan. Harganya berkisar Rp 17 ribu sampai Rp 20 ribu per kilogram.

"Jadi begitu harga naik kami langsung bentuk tim dari pertanian dan perdagangan lalu langsung cek ke lapangan, apakah harganya Rp 17 ribu sampai Rp 20 ribu seperti yang disampaikan kawan-kawan pengusaha," tutur Amran. Ia mengatakan, di lapangan pun semua mengatakan harga dikandang tetap sama seperti sebelum Ramadhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement