REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akhir pekan lalu, tepatnya, Jumat-Ahad (14/8-16/8), mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri ditugaskan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati untuk menyurvei perikanan Dana Toba, Sumatra Utara. Hal itu terkait dengan anjloknya produksi ikan pora-pora di Danau Toba.
Ia mengajak pakar ikan air tawar lulusan Jepang, yakni Dr Fauzan. “Berdasarkan penelitian sementara, ada beberapa penyebab menurunnya produksi ikan pora-pora di Danau Toba,” tutur Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Maritim dan Perikanan itu, Senin (17/8).
Pertama, kata Rokhmin, di Danau Toba terdapat ikan kaca-kaca. Ukurannya lebih kecil dari ikan pora-pora, sehingga ikan kaca-kaca sebetulnya tidak memangsa ikan pora-pora. “Namun ikan kaca-kaca itu memakan telur dan larva ikan pora-pora,” ujar Ketua Umum Gerakan Nelayan dan Tani Indonesia (GANTI), PDI-Perjuangan itu.
Kedua, ada enam sungai yang bermuara ke Danau Toba. Ikan pora-pora mempunyai kebiasaan pada masa bertelur (pemijahan), mereka bermigrasi dari tengah danau menuju ke mulut sungai yang berhubungan langsung dengan danau.
“Banyak masyarakat menangkap ikan pora-pora di muara sungai tersebut. Mungkin tanpa mereka sadari, yang mereka tangkap sebenarnya ikan pora-pora yang sedang bertelur,” kata Rokhmin yang juga Duta Besar Kehormatan Provinsi Jeju, Korea Selatan.
Ketiga, faktor lingkungan, yakni air sungai yang mengalir ke Danau Toba banyak yang sudah tercemari. Hal itu mengganggu produksi ikan pora-pora yang belakangan juga sering disebut sebagai ikan sejuta umat.
Faktor lainnya, kata Rokhmin, perusakan lingkungan di sekitar Danau Toba, terutama oleh pengusaha HPH. “Semua faktor di atas berpengaruh terhadap produksi ikan pora-pora di Danau Toba,” papar doktor lulusan School for Resources and Environmental Studies Dalhousie University, Halifax, Nova Scotia, Kanada itu.