Selasa 18 Aug 2015 19:08 WIB

BUMN Didorong Manfaatkan Pendanaan Melalui Pasar Modal

Rep: Risa Herdahita Putri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Layar elektronik menunjukkan pergerakkan harga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (12/8).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Layar elektronik menunjukkan pergerakkan harga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (12/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sampai sekarang baru ada 33 BUMN dan entitas anak yang telah memanfaatkan sarana pasar modal. Di antaranya hanya 22 perusahaan yang sudah melakukan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Itu dengan beragam sektor usaha ya, mulai perbankan, properti, pertambangan, telekomunikasi, sampai transportasi," jelas Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keungan (OJK), Nurhaida, ketika ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (18/8).

Ia menjelaskan, pemerintah tahun ini akan makin menekankan peranan BUMN dalam pembangunan negara. Dalam hal ini, BUMN dan entitas anak akan didorong untuk ikut ambil bagian dalam mendukung penggenjotan infrastruktur demi meningkatkan perekonomian nasional.

Untuk tujuan itu, tentunya BUMN akan sangat membutuhkan pendanaan jangka panjang. Sementara, pasar modal menyediakan pembiayaan jangka panjang yang dapat mendukung kebutuhan dan kegiatan bisnis perseroan.

"Likuiditas perbankan terbatas, sementara BUMN butuh dana yang tidak sedikit. Makanya kami akan dorong BUMN untuk menggunakan pasar modal sebagai alternatif pendanaan," papar Nurhaida lagi.

Untuk memanfaatkan pasar modal ini, kata Nurhaida, BUMN bisa melalui penerbitan saham atau surat utang, baik yang konvensional atau syariah (sukuk). Sayangnya, untuk tahun ini, ia akui belum ada BUMN dan anak usaha yang mendaftar IPO ke pihaknya.

Nurhaida menduga saat ini minat dari BUMN sudah ada. Hanya saja keputusan untuk IPO ini   masih menunggu, melihat kondisi perekonomian yang belum kondusif.

Dalam hal ini, tuturnya, OJK akan terus memantau potensi BUMN mana yang nantinya bisa IPO. "Kan tidak bisa langsung go public. Misalnya ada yang butuh bantuan dalam persiapan, nanti kami dan bursa mungkin bisa memberikan bantuan penjelasan," terang dia.

Meski begitu, ia terus meyakinkan keuntungan yang dapat diperoleh BUMN melalui pasar modal sangat potensial. Nurhaida membeberkan dari 22 BUMN yang sudah liating di BEI, total kapitalisasi sahamnya saat ini sudah mencapai Rp 423,3triliun.

"Itu hampir tiga kali lipat dibandingkan nilainya pada saat awal melakukan IPO," lanjut dia.

Meski belum bisa memastikan akan ada berapa BUMN yang mendaftar ke OJK tahun ini, ia yakin, akhir tahun nanti akan ada peningkatan jumlah. Itu berdasarkan siklus yang selama ini terjadi banyak perusahaan yang kemudian ingin menyampaikan IPO ke OJK pada akhir tahun.

"Baru nanti kita bisa lihat apa ada dari BUMN atau dari yang lainnya," tambah Nurhaida.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement