Jumat 14 Aug 2015 13:17 WIB

Darmin Nasution: Apresiasi Rupiah Bergantung Investasi

Rep: Binti Sholikah/ Red: Djibril Muhammad
Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjawab pertanyaan wartawan sebelum mengikuti serah terima jabatan di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (12/8).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjawab pertanyaan wartawan sebelum mengikuti serah terima jabatan di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (12/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tekanan terhadap nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan terjadi beberapa kali. Tekanan bergantung dari faktor eksternal terutama seberapa sering Bank Sentral Amerika (the Fed) menaikkan suku bunga.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, situasi saat ini membuat beberapa hal bekerja sekaligus yang berkontribusi pada tekanan terhadap nilai tukar. Penyebabnya depresiasi rupiah merupakan gabungan antara faktor eksternal dan internal.

Menurutnya, faktor-faktor yang terjadi saat ini masih akan membuat pelemahan rupiah masih akan berlangsung. Namun, saat ini rupiah telah menyentuh level di atas Rp 13.500 per dolar AS. Dia berharap asumsi pemerintah yang diajukan di APBN 2016 lebih optimistis.

"Artinya situasi ini akan tergantung pada kerja keras pemerintah, termasuk Bank Indonesia," ujarnya seusai Pidato Kenegaraan Presiden RI di gedung MPR Senayan, Jumat (14/8).

Darmin memprediksi pelemahan rupiah masih akan terjadi beberapa kali. Sebab, rencana kenaikan suku bunga the Fed (Fed Fund Rate/ FFR) juga akan dilakukan beberapa kali secara bertahap. Sehingga akan menyebabkan tekanan lagi terhadap nilai tukar di dunia termasuk rupiah. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih akan mengalami fluktuasi di kisaran Rp 13.000 per dolar AS.

Meski demikian, tekanan terhadap rupiah juga akan sangat tergantung terhadap seberapa berhasil pemerintah mengundang para investor untuk berinvestasi di Indonesia. "Kalau capital inflow itu maka tekanan terhadap rupiah akan mereda," jelasnya.

Sejak awal pekan kedua Agustus, rupiah mengalami fluktuasi cukup tajam di kisaran Rp 13.800 per dolar AS. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) rupiah di level Rp 13.763 per dolar AS pada Jumat atau melemah 16 poin dibandingkan posisi Kamis (13/8) di level Rp 13.747 per dolar AS.

Sementara, berdasarkan Bloomberg Dolar Index rupiah dibuka di Rp 13.766 per dolar AS pada Jumat, dan sempat mencapai Rp 13.810 pada pertengahan hari. Pada perdagangan Kamis rupiah ditutup di level Rp 13.767 per dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement