REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Badrodin Haiti menyatakan, tugas menstabilkan harga pangan merupakan kewajiban pemerintah pusat dan daerah. Salah satu caranya yakni dengan menjaga pasokan dan menjaga rantai distribusi selalu sehat.
Namun sayangnya, pasokan pangan kerap langka disebabkan banyaknya penyimpangan dan penimbunan, padahal pasokan aman. "Berdasarkan penelitian kami, ada ulah-ulah pelaku usaha yang membuat kita ketergantungan impor, dibuat sedemikian rupa sehingga mati produksi dalam negeri," katanya pada Senin (10/8).
Oleh karena itu, kepolisian akan terlibat dalam usaha memperbaiki kondisi pasar yang sakit akibat praktik kartel. Salah sarunya yakni meneliti alir barang impor yang masuk hingga sampai ke konsumen.
Modua kartel, lanjut dia, beragam. Dari mulai pengambilan kebijakan, sampai penetapan harga di pasar. Pelaku kartel juga kerap memanfaatkan situasi seperti kekeringan, agar pegangan kendali harga ia dan kelompoknya bisa lebih kuat. Tindak tegas harus dilakukan terhadap penimbun karena ia melanggar Undang-undang.
Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti juga diinstruksikan menyehatkan pasar, yakni menstabilkan harga. Caranya dengan menyediakan barang-barang pangan yang langka, lantas dijual dengan harga lebih rendah. Salah satunya Bulog melakukan Operasi Pasar (OP) daging sapi.
"OP hari kemarin (9/8) 80 ton daging segar, itu tersebar di sejumlah titik yaitu di Bandung Jawa Barat, Jakarta, Serang serta sembilan titik lainnya," kata dia. Daging sapi dijual dengan harga Rp 90 ribu per kilogram.
Operasi pasar akan terus dilakukan hingga harga stabil di bawah Rp 100 ribu. Sebab dengan harga tersebut, pedagang tetap bisa mendapat laba, pun feedlotter. Di sisi lain, masyarakat pun tak terlalu berat membeli daging sapi.