REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) meminta agar ada diversifikasi pembayaran transaksi luar negeri, terutama impor. Hal ini karena meski rupiah melemah terhadap dolar AS, tapi tak berlaku pada mata uang lainnya.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, rupiah melemah sekitar 8 sampai 8,5 persen terhadap dolar AS. "Rupiah itu sebenarnya menguat terhadap dolar Australia dan euro hingg 1-2 persen," jelasnya di Jakarta, Jumat, (7/8).
Ia menyarankan agar para importir membayar transaksi perdagangan dengan mata uang negara bersangkutan. "Kalau kita ada perdagangan dengan dolar Australia, itu akan menguntungkan importir Indonesia," tuturnya.
Menurutnya, transaksi luar negeri jangan terus menggunakan dolar AS. Dengan begitu akan lebih baik bagian Indonesia dan emerging market (pasar).