REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melihat perkembangan ekonomi nasional, Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Bukopin tidak memaksakan pembiayaan pemilikan rumah tumbuh agresif.
Direktur Perbankan Ritel Bank Muamalat Indonesia Adrian A. Gunadi mengatakan, untuk pembiayaan pemilikan rumah (PPR), hingga akhir tahun, Bank Muamalat menargetkan bisa tumbuh minimal 10 persen seperti tahun lalu.
''Paruh pertama 2015 sempat turun. Tapi fasilitas relakasasi FTV bisa dimanfaatkan Bank Muamalat karena NPF terkendali di bawah lima persen,'' ungkap Adrian.
Direktur Utama Bank Syariah Bukopin (BSB) Riyanto mengatakan, pembiayaan properti BSB sekarang selektif, terutama ruko sehingga pembiayaan ruko diturunkan. ''Perumahan dan apartemen masih dibiayai dan selektif,'' kata Riyanto.
Pembiayaan properti BSB sekitar 20 persen atau sekitar Rp 800 miliar hingga paruh pertama 2015. Sampai akhir tahun, target pembiayaan properti sekitar Rp 900 miliar dari total target pembiayaan Rp 4,2 triliun hingga akhir tahun.
Relakasi FTV oleh BI bisa dimanfaatkan BSB. Namun, BSB membatasi terkait segmentasi. Menurutnya, pengaturan FTV tidak terlalu cepat karena memang dikeluarkan saat bisnis properti lesu.
''Jangan terlalu cepat, karena ini instrumen moneter untuk mengatur laju ekspansi dan untuk mendorong pembiayaan,'' tutur Riyanto.