Kamis 30 Jul 2015 04:46 WIB

Harga Minyak Menguat Didukung Penurunan tak Terduga Persediaan AS

Harga Minyak Naik (Ilustrasi)
Foto: Mentalfluss Blogspot
Harga Minyak Naik (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia menguat pada Rabu atau Kamis (30/7) pagi WIB, karena penurunan mingguan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS agak mengurangi kekhawatiran tentang permintaan di ekonomi terbesar dunia itu.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, naik 81 sen menjadi ditutup pada 48,79 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Di perdagangan London, minyak mentah Brent North Sea untuk September, patokan global, berakhir pada 53,38 dolar AS per barel, naik moderat delapan sen dari tingkat penutupan Selasa.

Departemen Energi AS (DoE) mengatakan pada Rabu bahwa persediaan minyak mentah komersial Amerika jatuh 4,2 juta barel dalam pekan sampai 24 Juli menjadi 459,7 juta, masih dekat dengan tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Para analis telah memperkirakan kenaikan lebih kecil.

Penurunan persediaan cenderung mendorong harga lebih tinggi karena mereka dapat mengindikasikan penguatan permintaan. "Ada pengertian, terutama setelah persediaan AS hari ini, yang mungkin 'bearish' kita lihat di pasar dimainkan sedikit berlebihan," kata Phil Flynn dari Price Futures Group.

Selain penurunan besar dalam persediaan minyak mentah AS pekan lalu, Flynn mengatakan, ada penurunan produksi minyak mentah AS, sebanyak 145 ribu barel per hari.

"Jadi itu berjalan terhadap cerita kelebihan pasokan, atau setidaknya memperlambat (cerita) kelebihan pasokan, dan dengan pasar yang begitu 'oversold' (kelebihan jual), ini memberi kita sebuah kebangkitan," kata dia.

Sejak awal Juli, kontrak berjangka WTI, yang telah stabil sekitar 60 dolar AS per barel di musim semi, telah mundur kembali ke posisi terendah yang terakhir terlihat pada Maret ketika mencapai titik terendah enam tahun di 45 dolar AS.

Flynn mengatakan bahwa minyak juga mendapat dukungan dari laporan bahwa Arab Saudi sedang membicarakan tentang pengurangan produksi pada akhir musim panas. "Apakah ini adalah jawaban terhadap kemungkinan kembalinya minyak mentah Iran atau hanya karena mereka ingin mendukung harga yang sulit untuk dikatakan, tapi itu kali pertama dalam waktu yang lama kita melihat orang-orang Saudi memiliki niat menarik kembali produksi mereka," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement