Rabu 29 Jul 2015 06:23 WIB

Selain Jogja, Pertamina Belum Ada Tambahan Pasar Pertalite

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Satya Festiani
Petugas sedang mengisi tangki dengan Bahan Bakar Non Subsidi jenis Pertalite saat uji pasar di SPBU, Jakarta, Jumat (24/7).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Petugas sedang mengisi tangki dengan Bahan Bakar Non Subsidi jenis Pertalite saat uji pasar di SPBU, Jakarta, Jumat (24/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (persero) rencananya akan menambah pasar produk Pertalite di Jogjakarta mulai Agustus mendatang. Hal ini diamini oleh VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro. Menurutnya, penambahan lokasi penjualan ini dilakukan secara bertahap sembari melihat respon pasar. Rencananya, kuota BBM jenis Pertalite yang akan dipasarkan di Jogjakarta tidak berbeda dengan kuota di 3 kota sebelumya.

"Kiranya tetap sama dengan volume awal 5000 hingga 8000 liter per SPBU," ujarnya, Selasa (28/7).

Hanya saja, Wianda menyebutkan belum ada rencana lain untuk lokasi pemasaran Pertalite dalam waktu dekat ini, selain di Jogjakarta. Wianda hanya menyebutkan, hingga akhir tahun ini Pertamina menargetkan bisa memasarkan di area yang lebih luas.

"Ada waktunya. Tapi belum. Karena kita juga siapin stok Pertalite di Depo Plumpang cukup tinggi. Kita siap gelontorkan di daerah lain. Tapi kita mau fokus untuk 101 SPBU itu dulu. Karena demandnya naik," katanya.

Wianda menyebut, pihak nya tidak ingin ketika permintaan sedang meningkat justru pihaknya tidak siap dengan stok yang ada. Untuk itu, lanjut Wianda, Pertamina akan fokus pada SPBU yang ada saat ini.

Wianda juga mengungkapkan, BBM yang dibandrol dengan harga Rp 8.400 per liter ini ini akan dievaluasi selama tes pasar berlangsung yakni selama dua bulan ke depan. Ia berharap, pemasarannya akan sesuai rencananya.

"Kita berusaha sosialisasikan itu dulu. Jangan sampai sosialisasinya kurang cukup, kurang mendalam. Jangan sampai masyarakat berpikir ini barang bersubsidi. Sosalisai kita belum banyak. Kita harus lakukan dulu uji pasar, dilapangan, baru masyarakat berkomentar," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement