REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk mengatasi dampak kekeringan terhadap hasil pertanian di sejumlah daerah, pemerintah pun tengah mempersiapkan tiga skenario kekeringan. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan telah membahas skenario penanganan kekeringan bersama dengan menteri pertanian.
"Tadi pagi saya bicara panjang lebar dengan menteri pertanian, saya minta bikin 3 skenario, yang jelek apa, kalau terjelek sekian sama dengan policy Amerika, terjadi El Nino yang keras," kata JK di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (28/7).
Dengan skenario tersebut, pemerintah pun dapat mempersiapkan dana yang dibutuhkan serta langkah solusi untuk menangani kekeringan yang terjadi.
"Kemudian dihitung berapa kira-kira dana, kalau seandainya moderat apa yang terjadi, lemah apa yang terjadi, nanti kita liat, solusinya kita buat seperti itu," tambah JK.
Sebelumnya, Wapres JK juga meminta agar dipersiapkan pompa air untuk mengairi lahan pertanian. Ia mengatakan pemerintah melalui Kementerian Pertanian membantu mempersiapkan pompa-pompa air tersebut. Selain itu, Palang Merah Indonesia (PMI) juga telah membantu menjalankan 50 mobil tangki airnya.
Menurutnya, musim kemarau panjang memang selalu berdampak terhadap hasil pertanian. Oleh karena itu, ia juga menyerukan masyarakat agar juga melakukan shalat istisqa atau shalat memohon turun hujan untuk mengatasi kondisi ini.
Saat ini, masyarakat dinilai masih dapat bertahan dengan kondisi kekeringan yang terjadi. Namun, ia meminta masyarakat untuk waspada jika kekeringan masih berlanjut pada Agustus hingga September.
Sementara, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat kekeringan atau kemarau yang terjadi di Indonesia tahun ini akibat diikuti fenomena El Nino. Akibatnya, kemarau terasa lebih kering dan awal musim hujan mundur.
Kepala Bidang Informasi Iklim BMKG Indonesia Evi Lutfiati mengakui, beberapa titik telah mengalami kemarau. Bahkan, wilayah-wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami kekeringan sejak Mei 2015 lalu.
Adapun wilayah yang terdampak El Nino, kata dia, terjadi terutama wilayah selatan ekuator Indonesia dan wilayah Indonesia Timur. Mulai dari Sumatra Selatan (Sumsel), Pulau Jawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan (Sulsel), sebagian wilayah Kalimantan, dan Indonesia wilayah timur.
Pihaknya memprediksi El Nino akan terus menguat dan berlangsung sampai November mendatang. Dia memperkirakan puncak kemarau terjadi pada Agustus 2015. Akibat kemarau yang diikuti El Nino, berdampak pada mundurnya musim hujan.