Ahad 12 Jul 2015 17:03 WIB

Indonesia tidak akan Sama dengan Yunani

Bank Sentral Yunani.
Foto: REUTERS/Alkis Konstantinidis
Bank Sentral Yunani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas Paramadina Firmanzah berpendapat, Indonesia tidak akan bernasib sama dengan bangkrutnya Negara Yunani di kawasan Benua Eropa.

"Memang berpengaruh secara pasar saham dengan Indonesia, tetapi tidak akan sama nasib dengan Yunani," kata Firmanzah ketika berdiskusi mengenai efek perekonomian bangkrutnya Yunani terkait dengan Indonesia di Jakarta, Ahad (12/7).

Lebih lanjut ia menjelaskan hal tersebut karena secara fundamental ekonomi dan faktor sumber daya alam Indonesia berbeda dengan Yunani. "Pengaruh Yunani sekitar lima persen PDB di Eropa, tapi produktivitas Indonesia juga meningkat setiap tahunnya," ucapnya.

Ia mengatakan secara nominal hutang Indonesia besar, tetapi Indonesia juga mempunyai target produktif dari berbagai sektor. "Analoginya kan utang Rp 100 ribu mahasiswa dan Rp 1 juta pegawai kan beda, karena pegawai punya pemasukan yang terhitung setiap bulannya, sedangkan mahasiswa tidak terprediksi sehingga peminjamannya masih terkendali," tuturnya.

Sementara itu, keterkaitan anjloknya saham di Cina sebesar 30 persen juga bisa berpotensi besar terhadap saham di Indonesia. "Kasus bangkrutnya Yunani dan anjloknya saham Cina pasti berdampak, rasionya setiap penurunan satu persen di Cina, bisa 0,4 persen di Indonesia," ujarnya.

Namun, Firmanzah berpendapat tidak akan bisa terulang seperti kasus moneter tahun 1998. "Pada saat ini Indonesia ekonominya tergolong unik karena terbagi antara sektor formal dan informal, pada informal ini banyak UMKM yang bisa menjadi penyokong perekonimian Indonesia, itu merupakan salah satu faktor penguat," tuturnya.

Ia menyarankan salah satu yang harus diwaspadai adalah proyek pengembangan infrastruktur Indonesia yang terlalu banyak terpusat pada investor Cina. "Proyek infrastrukur jangan semuanya dari Cina, kita kan Nonblok, bisa dari Amerika atau Eropa, agar tidak berpengaruh banyak bila terjadi skenario terburuk," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement