REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mengatakan, pemerintah tidak bisa terlalu aktif mengintervensi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pasalnya, kalau dilakukan secara masif, hasilnya belum tentu efektif.
Presiden melukiskan, terdapat beberapa negara yang melakukan intervensi ratusan triliun tetapi kurs mata uangnya tetap tidak terkatrol. Menurut Presiden, solusi pemerintah adalah menarik dana dengan cara investasi dan portofolio.
Dia mengakui, sekarang ini terjadi pelambatan ekonomi. Solusinya, persepsi yang harus dibangun. Presiden menuturkan, publik dan dunia usaha sekarang ini sangat sensitif terhadap isu.
Dia melukiskan, beberapa waktu lalu muncul isu biaya materai. Padahal, sebetulnya tidak dikeluarkan. ''Digoreng-goreng jadi tidak karuan,'' ujar dia.
Presiden menilai, persepsi dari publik dan dunia usaha sangat penting. Alasannya, pemerintah hanya bekerja di balik layar. Dia melanjutkan, apabila persepsi negatif para investor langsung takut berinvestasi.
Presiden mengajak dunia usaha untuk bersikap optimistis. Pembangunan dunia usaha, keyakinan harapan tumbuh, dan pertumbuhan ekonomi jauh lebih baik akan tumbuh harus terus dipupuk.
Dia menuturkan, pasalnya para pengusaha yang memiliki dana. Dana tersebut disimpan di berbagai tempat sampai dengan bank-bank di luar negeri. Namun, jangan malah disampaikan tunggu dan lihat. ''Kan bapak dan ibu yang punya uang,'' ujar dia.
Presiden juga mengemukakan pentingnya sektor swasta dalam membangun perekonomian. Hitungannya, swasta mendominasi sebanyak 80 persen.
Dia menilai, waktu yang tepat untuk masuk adalah saat ini. Dia mempersilakan para investor yang akan masuk.
Presiden mengajak dunia usaha bahu membahu membangkitkan perekonomian Indonesia. ''Kita harus yakini pertumbuhan akan lebih baik lagi. Kalau kita tidak punya harapan seperti itu siapa lagi?'' ujar dia.