REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Indonesia Port Corporation (IPC) atau PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) R.J Lino mengatakan, meski secara makro kondisi ekonomi Indonesia terus berada dalam tekanan akibat melemahnya rupiah dan turunnya permintaan komoditas global, namun secara korporat kinerja IPC masih relatif stabil.
"Melemahnya ekonomi Indonesia saat ini tidak terlalu berdampak pada pendapatan IPC di paruh pertama 2015," ujar Lino di kediamannya di Jalan Pekayon 1, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (6/7) malam.
Kata dia, hingga Mei 2015 lalu total pendapatan IPC tercatat sebesar Rp 2.597 triliun atau turun 7 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Sementara itu, untuk laba bersih hingga Mei 2015 sendiri tercatat sebesar Rp 626,5 miliar atau turun 1 persen dari periode yang sama di tahun lalu. Dari totap pendapatan tersebut, IPC, lanjutnya, menerima laba sebelum pajak hingga Mei 2015 sebesar Rp 811,6 miliar atau turun 3 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Meski nilai ekspor dan impor pada Mei 2015 mengalami penurunan seperti yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS), ia mengatakan kegiatan bongkar muat domestik mampu memberikan kontribusi terhadap laba IPC.
"Hal ini berarti nilai domestik juga memiliki potensi besar jika dibandingkan dengan kegiatan internasional," sambungnya.
Ia menambahkan, bervariasinya jenis komoditi bongkar muat yang dilakukan IPC, membuat IPC tidak terlalu rentan terhadap gejolak ekonomi makro yang ada.
IPC, kata Lino, terus berupaya mengembangkan dan meningkatkan pelayanan kepada konsumen melalui beberapa proyek pengembangan pelabuhan seperti Pelabuhan New Priok untuk terminal 1 akan dapat melayani bongkar muat pada awal 2016.
Lino menambahkan, telah tiba sejumlah fasilitas suprastruktur tercanggih yang pernah ada di Indonesia yang disiapkan pengoperasian terminal 1 Pelabuhan New Priok awal tahun depan.