REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Hubungan Internasional dan Investasi Asosiasi Pengusaha Indonesia, Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, di tengah melemahnya perekonomian global, sebagian besar pengusaha memilih untuk wait and see terlebih dahulu.
Kondisi ini membuat prioritas investasi ditekankan pada sektor yang bergerak di bidang infrastruktur terutama pembangunan power plant dan industri padat karya yang berorientasi ekspor serta subtitusi impor.
"Kebanyakan perusahaan mau melihat dulu keadaan ke depannya, kita gak hanya melihat dari Indonesia saja tapi juga kondisi global," ujar Shinta, Rabu (24/6).
Menurut Shinta, investor yang masih bergulir di Indonesia merupakan yang sejalan dengan program pemerintah. Misalnya saja di sektor pertanian untuk mendukung swasembada pangan, maritim, dan pariwisata. Shinta mengatakan, investor di luar prioritas pemerintah diprediksi baru akan bergerak pada 2016 mendatang.
Dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara, arus FDI Indonesia memang lebih baik dan menempati peringkat nomor dua setelah Singapura. Akan tetapi, pemerintah Indonesia tidak boleh terbuai dengan hasil tersebut. Jika dibandingkan dengan Vietnam, peningkatan investasi Indonesia masih jauh tertinggal.
"Vietnam naiknya sudah hampir 200 kali lipat, sedangkan Indonesia cuma 20 kali lipat jadi saya rasa pemerintah harus menelaah kenapa pertumbuhan investasi di Vietnam bisa cepat," kata Shinta.
Shinta mengatakan, Indonesia harus meningkatkan performa dalam menjaring investasi asing maupun lokal. Peningkatan tersebut dapat dimulai dari kemudahan perizinan dan koordinasi yang mumpuni di kalangan birokrasi, terutama antara pusat dan daerah. Menurut Shinta, untuk meningkatkan pertumbuhan dan menarik investasi perlu ada realisasi APBN, dengan demikian pembangunan akan berjalan.
Selain itu, pemerintah juga harus mendorong investasi asing maupun lokal dengan cara mengurangi hambatan dan memberikan insentif yang mumpuni sehingga ada kepastian investasi. Menurut Shinta, peningkatan local content juga memegang peranan penting untuk menjaga kondisi pasar di dalam negeri.