REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, nilai tukar rupiah yang saat ini di kisaran Rp 13.300 per dolar AS menandakan mata uang Indonesia tersebut cukup tertekan. Menurut dia, Indonesia kini mempunyai tantangan di defisit transaksi berjalan serta risiko inflasi.
Sebelumnya Dana Moneter Internasional (IMF) mengingatkan kepada setiap negara untuk menjaga di sisi makronya agar stabil. "Ya secara umum kita sependapat, kita memang tidak hanya bisa melihat kondisi dalam negeri. Kalau kondisi dunia kan kita mengikuti, terakhir perkembangan di Yunani ternyata tidak sepakat antara Troika dengan Yunani," ujar Agus di Jakarta, Rabu (17/6).
Dia menjelaskan, karena Yunani tak mau berkomitmen untuk melakukan penyehatan fiskal, maka berisiko utang tak bisa terbayar pada waktunya. Sehingga memunculkan kekuatiran dunia.
Mantan menteri keuangan tersebut menambahkan jika ada kekhawatiran tentu kecenderungan dunia adalah pindah ke Amerika Serikat. "Mereka akan ke Amerika dianggap sebagai save heaven dan akibatnya adalah kembali ada guncangan," katanya.
Indonesia pun turut terkena imbasnya, sebab nilai tukar rupiahnya tertekan. Meski begitu, Agus menilai saat ini sudah ada kemajuan di Indonesia, bila dilihat dari neraca perdagangannya. "Neraca perdagangannya masih surplus sehingga selama empat sampai lima bulan terakhir ini terus surplus," tuturnya.