REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah masih yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak seburuk yang diproyeksikan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF). Konsumsi masyarakat dan pemerintah diyakini bakal meningkat sehingga bisa mendorong pertumbuhan lebih dari 5 persen.
IMF baru saja memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia pada tahun ini menjadi 4,7 persen dari proyeksi semula 5,2 persen. Bank Dunia yang sudah lebih dulu memangkas proyeksinya juga mengumumkan angka sama dengan IMF. Sementara target pemerintah dalam APBNP adalah 5,7 persen.
Deputi Ekonomi Makro dan Moneter Kementerian Koordinator Perekonomian Bobby Hamzar Rafinus meyakini ekonomi Indonesia tidak akan mentok di angka 4,7 persen seperti yang terjadi pada kuartal I.
"Peluang kenaikan pertumbuhan ekonomi masih terbuka lebar," kata Bobby kepada Republika, Rabu (17/6).
Bobby yakin karena pertumbuhan konsumsi masyarakat pada kuartal 1 masih di atas 5 persen meskipun sebenarnya mengalami perlambatan. Konsumsi masyarakat akan meningkat pada kuartal kedua ini menyusul telah masuknya bulan Ramadhan.
Selain itu, investasi juga masih tumbuh pada tiga bulan pertama. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi pada triwulan I/2015 mencapai Rp124,6 triliun atau naik sebesar 16,9% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp106,6 triliun.
Potensi kenaikan konsumsi pemerintah juga bakal meningkat di kuartal-kuartal selanjutnya. Apalagi, pemerintah memiliki belanja modal yang besar untuk membangun infrastruktur.
Pemerintah, sebut Bobby, juga sudah berupaya melakukan percepatan penyerapan APBN dan APBD serta perbaikan iklim investasi.
"Mudah-mudahan pertumbuhan 4,7 persen pada kuartal I 2015 merupakan yang terendah dalam tahun ini," harap Bobby.