REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur melaporkan terjadinya pelemahan aktivitas ekspor-impor Jawa Timur pada Mei 2015. Dibandingkan April lalu, ekspor Jawa Timur pada Mei turun dari total nilai 1.593,93 dolar AS menjadi 1.509,31 juta dolar AS atau setara 5,31 persen.
Secara kumulatif, ekspor periode Januari-Mei 2015 juga mengalami penurunan sebesar 2,95 persen dibandingkan periode yang sama pada 2014.
Kabid Statistik Distribusi BPS Jawa Timur Satriyo Wibowo menyampaikan, penurunan terjadi di sektor non-migas sebesar 5,77 persen. Sektor non-migas sendiri memiliki kontribusi sebesar 97,5 persen dari total nilai ekspor Jawa Timur.
“Dengan besarnya kontribusi tersebut, kenaikan sebesar 8,64 persen di sektor migas tidak berarti besar mendongkrak nilai ekspor Jawa Timur,” ujar Satriyo dalam sesi jumpa pers di kantor BPS Jawa Timur, Senin (15/6).
Sementara di bidang impor, Satriyo melaporkan, nilai impor Jawa Timur pada Mei 2015 sebesar 1.754,44 juta dolar AS, atau mengalami penurunan sebesar 0,36 persen dibandingkan April 2015 dengan nilai 1.760,69 juta dolar AS.
Laporan menurunnya aktivitas ekspor Jawa Timur diamini Ketua Asosi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI) Jawa Timur Nur Cahyudi. Menurut Nur, perdagangan sektor mebel dan kerajinan saat ini sedang terpukul, baik di pasar domestik maupun ekspor.
Ia menggambarkan, dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah anggotanya terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena menurunnya kinerja perdagangan.
“Sudah ada tiga perusahaan di Mojokerto dan Sidoarjo. Masing-masing mem-PHK 800, 600 dan 600 pekerja. Jadi sudah sekitar 2 ribu pekerja yang jadi korban,” ujar Nur kepada Republika.
Menurut Nur, tren pelemahan ekonomi global dan belum efektifnya kebijakan pemerintah di sektor fiskal, moneter maupun perdagangan menjadi beberapa faktor yang menyebabkan meredupnya bisnis mebel dan kerajinan.