Sabtu 13 Jun 2015 01:50 WIB

Menperin Upayakan Harga Gas yang Wajar

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Bayu Hermawan
Menteri Perindustrian Saleh Husin bersama Presiden Direktur PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Iwan Setiawan Lukminto
Menteri Perindustrian Saleh Husin bersama Presiden Direktur PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Iwan Setiawan Lukminto

REPUBLIKA.CO.ID, BONTANG -- Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, pihaknya terus berupaya untuk berkoordinasi dengan kementerian lain dalam menurunkan harga gas.

Sebab harga gas di Indonesia termasuk yang paling tinggi di kawasan Asia Tenggara, dan menjadi beban bagi industri.

"Tentunya menjadi tugas kita bersama terhadap kelancaran proses investasi dan produksi, khususnya perhatian yang lebih besar dari para pemangku kepentingan terhadap pasokan gas alam dengan harga yang wajar," ujarnya, Jumat (12/6).

Saleh mengatakan, keberadaan Kaltim Industrial Estate merupakan salah satu klaster industri petrokimia unggulan di Indonesia yang berbasis gas bumi (Methane Gas).

Kawasan industri ini adalah bagian penting dalam pengembangan industri berbasis gas bumi di Indonesia dan pasokan kepada industri disekitarnya seperti PT. Pupuk Kaltim dan PT Kaltim Methanol Industri (KMI).

Menurutnya, harga gas alam yang saat ini mahal dapat menurunkan daya saing industri dalam negeri. Dia berharap, harga gas untuk industri di Indonesia bisa lebih murah dan bersaing dengan negara lain, seperti Malaysia dan Singapura.

"Penentuan harga gas sedang kita kaji dengan LPPM-UI, kita harap harganya bisa bersaing sehingga industri bisa tumbuh," katanya.

Sementara itu, Direktur Utama PT. Pupuk Kaltim Aas Asikin Idat mengatakan, idealnya harga gas di Indonesia berada di kisaran 5 dolar AS/mmBTU.

Pasalnya, gas memiliki porsi 70 persen dari keseluruhan produksi. Sehingga, apabila harga gas mahal maka harga jual pupuk juga akan kena dampaknya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement