Jumat 12 Jun 2015 18:03 WIB

Bank Mandiri Perkuat Manajemen Risiko

Rep: C87/ Red: Djibril Muhammad
Bank Mandiri
Foto: Darmawan
Bank Mandiri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memperkuat manajemen risiko dalam menghadapi kondisi ekonomi yang melambat. Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan, selama ini Bank Mandiri selalu melakukan kajian ekonomi.

Meskipun dalam kondisi ekonomi baik atau buruk. Kajian ekonomi dilakukan dengan memasukkan unsur perekonomian, terutama sektor-sektor pertambangan, industri dan sebagainya dengan mengeluarkan review bulanan. Dia mengakui kondisi ekonomi saat ini melambat.

"Kalau dikatakan melambat memang kita antisipasi, paling utama bank akan memperkuat manajemen risikonya, dan memilah kembali sektor-sektor yang masih berpotensi baik," jelas Rohan saat dihubungi Republika, Jumat (12/6).  

Sektor tersebut akan dipilah yang masih bagus, untuk menentukan langkah prioritas dalam penyaluran kredit. Sektor yang dinilai masih positif antara lain, perdagangan, jasa, dan infrastruktur.

Khusus infrastruktur merupakan proyek pemerintah yang tingkat pengembalian berasal dari negara. Sehingga risiko terjadinya kredit macet (non performing loan/ NPL) cukup rendah.

Sedangkan sektor yang dinilai harus hati-hati dalam menyalurkan kredit seperti pertambangan, khususnya batubara. Sebab, harga batubara masih turun. Selain itu, sektor perhotelan.

Namun, bukan berarti dihindari, karena di masing-masing daerah kondisi pariwisatanya berbeda. Di daerah tujuan wisata, sektor tersebut dinilai potensial. "Walaupun kurang kondusif bukan berarti penyaluran kredit di sektor itu berhenti," imbuhnya.

Di samping itu, Bank Mandiri juga melakukan stress test. Stress test dilakukan untuk melihat seberapa jauh ketahanan para debitur jika nilai tukar rupiah melemah dan risiko NPL. Range-nya sekitar Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu. Jika nasabah masih kuat, maka tidak perlu perhatian khusus. Jika tidak kuat, maka perlu diantisipasi pinjamannya.

Bank Mandiri mencatat pertumbuhan kredit kuartal I-2015 sebesar 13,3 persen (yoy) sebesar Rp 532,8 triliun. Sedangkan per April 2015, pertumbuhan kredit mencapai 14,36 persen (yoy).

Bank Mandiri masih optimistis pertumbuhan kredit pada akhir tahun 2015 bisa mencapai target 15 persen. Untuk mendukung pertumbuhan kredit, Bank Mandiri akan proaktif mencari debitur di sektor yang sesuai hasil stress testnya.

Sedangkan NPL nett tercatat sebesar 0,89 persen dan 2,27 persen NPL gross. Dia mengakui ada kenaikan NPL tapi masih kecil. "Secara keseluruhan pertumbuhan kredit masih sesuai planing kita. Belum ada revisi, masih bisa on the track di level 15-17 persen, 15 persen masih bisa," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement