Jumat 12 Jun 2015 14:32 WIB

Perlambatan Ekonomi, Mal Premium Sepi Peminat

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Dwi Murdaningsih
Pengunjung melintas di Mall Plaza Indonesia, Jakarta, Senin (18/5).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pengunjung melintas di Mall Plaza Indonesia, Jakarta, Senin (18/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perlambatan ekonomi yang terjadi sekarang ini berbuntut para konsumen meninggalkan mal kelas premium. Konsumen lebih mudah mengeluarkan uang untuk membeli barang-barang dengan harga terjangkau.

Kepala Riset KDB Daewoo Securities mengatakan, Indonesia sering digambarkan sebagai negara dengan potensi belanja yang besar. Profil demografi judul Indonesia 250 juta penduduk, usia rata-rata 29 tahun, pertumbuhan penduduk satu persen per tahun menunjukkan prospek yang cerah. Namun, kenyataannya tidak demikian.

Taye menuturkan, pihaknya melakukan kunjungan ke dua pusat perbelanjaan yang berbeda, mal A yang menargetkan rumah tangga berpenghasilan menengah ke bawah dan mal B mal premium yang terletak berdekatan. Kunjungan singkat ke dua pusat perbelanjaan cukup memberikan pengalaman kontras. Sementara mal A penuh dengan pembeli, mal B umumnya sangat tenang dan sepi. Situasi di mal B didasarkan pada pengamatan, pembeli tidak mudah ditemukan di dalam mal. "Kami berasumsi bahwa sementara ini pembeli lebih mudah membuka dompet mereka untuk membeli barang-barang yang terjangkau dibandingkan berbelanja produk premium," kata dia, Jumat (12/6).

 

Menurut Taye, uang tidak sedang beredar di dalam sistem ekonomi. Berdasarkan klien penting (VIP) dan bank swasta pihaknya mengungkapkan, bank sedang menurunkan bunga deposito pada saat jatuh tempo. Alasannya, sebagian besar karena besarnya jumlah dana yang masuk ke deposito bank sehingga jumlah uang yang beredar di pasar berkurang. Singkatnya, pihaknya menilai orang-orang masih kurang bersedia untuk berbelanja dan merasa lebih bermanfaat menyimpan uang di bank sampai prospek ekonomi membaik.

 

Taye menerangkan, beberapa indikator makro juga mendukung tren ini. Pertumbuhan konsumsi swasta di kuartal I 2015 hanya meningkat lima persen secara tahunan. Sedangkan penjualan tahunan kendaraan bermotor turun 23,1 persen per April, inflasi tahunan meningkat 7,15 persen pada Mei dan nilai tukar rupiah yang masih terjerembap mendekati tingkat krisis moneter bersamaan dengan tingkat suku bunga yang tinggi. Dikhawatirkan, ini adalah permulaan dari tren baru.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement