REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rupiah berpotensi menguat di level Rp 12 ribu sampai Rp 13 ribu per dolar AS pada semester II 2015. Menurut Pelaksana Tugas Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Fauzi Ichsan, jika ekonomi Amerika Serikat (AS) menguat dan pertumbuhan ekonomi global meningkat, maka otomatis ekspor Indonesia ikut terangkat, sehingga berimbas pada respon positif pasar.
Fauzi mengatakan, ada kemungkinan the Fed tak menaikkan suku bunga di semester II 2015, karena bank sentral AS sudah melakukan pengendalian kebijakan moneter, dan Jepang telah melakukan ekspansi. Ia menjelaskan, kebijakan moneter bank sentral Eropa dan bank sentral Jepang itu dengan melakukan kebijakan quatitative easing.
"Kasarnya mereka nyetak uang untuk mata uang mereka sendiri euro dan yen, sehingga secara implikasi euro dan yen melemah versus USD menguat," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Selasa, (9/6). Menurutnya, dengan menguatnya dolar AS, maka AS tak harus menaikkan suku bunga Fed, sebab inflasi di AS terbatasi dengan importer inflation.
Fauzi menegaskan, karena bank sentral AS telah melakukan pengetatan kebijakan moneter, ditambah Jepang melakukan ekspansi, otomatis AS tak perlu menaikkan suku bunga tahun ini. Jika The Fed tak menaikkan suku bunga di semester II 2015, maka rupiah bakal terbantu.