Jumat 29 May 2015 11:57 WIB

Peruri: Tak Ada Penambahan Uang Jelang Ramadhan

Karyawan Peruri memperagakan cara mendesain uang di plat mata uang logam di Perum Peruri, Karawang, Jawa Barat.
Foto: Antara/Rosa Panggabean
Karyawan Peruri memperagakan cara mendesain uang di plat mata uang logam di Perum Peruri, Karawang, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) menyampaikan bahwa tidak ada pesanan khusus untuk menambah jumlah uang menjelang bulan Ramadhan.

"Ini sudah ditentukan oleh Bank Indonesia. Mereka sudah menentukan jumlah uang yang harus dicetak selama satu tahun, sudah diperhitungkan, jadi tidak ada pesanan khusus," kata Direktur Teknik dan Produksi Perum Peruri Subandrio, Kamis (28/5).

Ia menjelaskan selaku bank sentral, BI telah menentukan jumlah uang yang harus dicetak pada bulan Desember, dan Perum Peruri harus menyelesaikan pesanan pada Januari di tahun mendatang.

Dia memaparkan, untuk target pencetakan uang kertas bulan Maret 2015 sebesar 551 juta bilyet, namun yang telah dicetak mencapai 807 juta bilyet. Sedangkan target untuk uang logam ialah 145 juta keping, dan realisasinya baru mencapai 141 juta keping, tuturnya menambahkan.

Lebih lanjut, target pencetakan uang pada triwulan pertama 2015 (Januari-Maret) ialah 1,9 miliar bilyet uang kertas, dan realisasinya telah dicetak hingga 2,1 miliar bilyet. Untuk uang logam, target pada triwulan pertama 2015 ialah 335 juta keping, dan yang sudah direalisasikan mencapai 340 juta keping, ujarnya menjelaskan.

Akan tetapi, katanya, walaupun tidak ada pesanan tambahan menjelang Ramadhan, namun pesanan dari BI secara keseluruhan mengalami peningkatan setiap tahunnya.

"Mungkin ini mengikuti peningkatan jumlah penduduk, sehingga berpengaruh juga ke penggunaan uang kertas. Juga dengan adanya 'clean money policy' (kebijakan uang bersih)," tuturnya.

Ia menjelaskan, "clean money policy" merupakan sebuah kebijakan dari pemerintah untuk melakukan penggantian terhadap uang kertas yang telah rusak atau tidak layak edar.

"Kami dapat laporan bahwa di daerah masih banyak uang yang lecek dan kotor. Sehingga kebijakan dari bank sentral ialah segera menarik dan memperbarui uang-uang tersebut," tutur Antonius.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement