REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Pasar mobil diproyeksi turun kurang dari 10 persen menjadi 1,1 juta unit sampai akhir tahun ini, menyusul pertumbuhan ekonomi yang cenderung melambat.
"Kami hampir final menghitung prediksi pasar. Ada indikasi (penjualan) akan turun," kata Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Rahmat Samulo, di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (7/5).
Toyota sebagai pemimpin pasar otomotif di Indonesia memperkirakan penjualan mobil secara nasional akan turun kurang dari 10 persen.
"Bila tahun lalu (penjualan mobil secara nasional) 1,2 juta unit, maka tahun ini (turun) ke arah 1,1 juta unit," ujar Samulo.
Indikator penurunan tersebut, menurut dia, terlihat dari kondisi pasar Januari-Februari yang di bawah estimasi.
Selain itu, anggaran dari pemerintah belum turun untuk menstimulasi kegiatan ekonomi. Ditambah lagi, nilai tukar rupiah yang masih bertengger pada angka di atas Rp 12.000 per dolar AS. Harga komoditas pertambangan dan perkebunan pun cenderung turun.
"Kondisi itu membuat kalangan swasta tidak mau gegabah melakukan pembelian (mobil), masyarakat pun 'wait and see' untuk membeli," kata Samulo.
Kendati demikian, ia melihat ada titik cerah ketika penyaluran anggaran pemerintah mulai menunjukkan kenaikan sejak Maret dan April, yang diharapkan bisa mendongkrak penjualan mobil pada semester kedua tahun ini.
"Sejak Maret pengeluaran pemerintah terus meningkat, Rp 80 triliun per bulan," katanya.
Kalau pengeluaran pemerintah terus meningkat, ia optimistis pada semester kedua akan ada kenaikan penjualan, meskipun belum menutupi penurunan pasar mobil pada triwulan pertama.
"Toyota sendiri tetap memproyeksikan pangsa pasar 32,5 persen seperti tahun lalu," ujar Samulo.
Dia mengakui jika pasar mobil secara nasional turun, maka penjualan Toyota juga akan turun.
Dalam kondisi pasar yang lesu itu, TAM tetap melakukan aksi, termasuk peluncuran model baru sesuai rencana. "Tidak ada penundaan soal itu, karena peluncuran model baru sudah dirancang lima tahun sebelumnya," kata dia.