REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter Bank Indonesia, Juda Agung, menyatakan, secara keseluruhan kondisi global memang masih berat dari segi perkembangan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi tak sekuat dulu.
"Kita bicara harga komoditas dulu, waktu Cina masih tumbuh tinggi, mereka masih menurunkan itu untuk mempengaruhi harga," jelasnya, kepada wartawan di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Selasa, (28/4). Ia menambahkan, selain komoditas, pertumbuhan ekonomi pun bisa dilihat dari perkembangan investasi.
Menurutnya, investasi belum menggeliat. "Masih belum terealisasi jadi tumbuhnya masih 5 persen," ujarnya.
Juda mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi dilihat pula dari arus modal. "Kalau dulu globalnya sangat banyak Indonesia kecipratan," tambahnya.
Maka, baginya ekonomi global masih berat, tak hanya di Indonesia semua negara juga mengalaminya. Kendati perekonomian Amerika Serikat mulai bangkit lagi, namun siklus ketidakpastiannya masih tinggi, sehingga sentimen global masih dipengaruhi dolar AS.