Selasa 28 Apr 2015 15:10 WIB

Sektor Pertambangan Masih Jadi Primadona Investasi di Indonesia

Rep: C85/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sebuah truk pengangkut biji tambang beraktivitas di areal pertambangan Grasberg PT Freeport, Mimika, Papua.
Foto: Antara/Wahyu Putro
Sebuah truk pengangkut biji tambang beraktivitas di areal pertambangan Grasberg PT Freeport, Mimika, Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merilis, sektor pertambangan masih menduduki peringkat teratas dalam realisasi penanaman modal triwulan I 2015. Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis menyebut, dalam realisasi penanaman modal asing dan dalam negeri, sektor pertambangan menyumbangkan Rp 15 triliun atau 12 persen dari total realisasi.

"Sedangkan industri makanan menduduki tempat kedua dengan realisasi Rp 12,8 triliun atau 10,3 persen. Listrik, gas, dan air sebesar Rp 11,7 triliun atau 9,4 persen," jelas Azhar, Selasa (28/4).

Untuk posisi keempat diduduki sektor tanaman pangan dan perkebunan sebesar Rp 11,3 triliun atau 9,1 persen. Kelima, realisasi investasi oleh industri logam dasar barang logam, mesin, dan elektronik dengan angka Rp 10,8 triliun atau 8,6 persen.

Sebumnya, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merasa optimis realisasi investasi pada 2015 sebesar Rp 519,5 triliun akan tercapai. Kepala BKPM Franky Sibarani menyebut, optimisme ini berdasar pada realisasi investasi triwulan I (Januari - Maret 2015) yang meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2014 lalu. BKPM mencatat, realisasi penanaman modal pada triwulan I 2015 sebesar Rp 124,6 triliun, meningkat 16,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2014 lalu, sebesar Rp 106,6 triliun.

Sedangkan untuk penanaman modal asing, lanjut Franky, total realisasi sebesar Rp 82,1 triliun atau meningkat 14,0 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 72 triliun. 5 besar realisasi PMA berasal dari negara Singapura dengan 1,2 miliar dolar AS, Jepang 1,2 miliar dolar, Korea Selatan 0,6 miliar dolar AS, Inggris 0,4 miliar dolar AS, dan AS 0,3 miliar dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement