REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) menyasar kalangan pemuda untuk menjadi nasabah reksa dana.
Menurut Ketua APRDI Denny R Thaher, dengan tumbuhnya kelas menengah di usia muda, potensi pasar reksa dana menjadi semakin terbuka. Perkembangan pesat inovasi teknologi yang mendukung perangkat gadget dalam menunjang sistem perdagangan, dinilai sangat tepat untuk menyasar kalangan generasi muda. Sebab kelompok muda yang sangat familiar dengan berkembangnya inovasi produk gadget.
“Dengan dukungan teknologi, transaksi ataupun keputusan berinvestasi di reksa dana menjadi semakin mudah dilakukan. Apalagi, pemahaman generasi muda mengenai investasi kini jauh lebih bagus,” kata Denny dalam konferensi pers pembukaan Pekan Reksa Dana Nasional 2015 di Kantor Pusat Bank Indonesia Jakarta, Jumat (24/4).
Oleh sebab itu, dia menilai para pengelola dana dan regulator harus mampu memenuhi ekspektasi potensi pasar tersebut. Caranya dengan menggabungkan inovasi teknologi dengan sistem perdagangan dalam berinvestasi.
Misalnya pemasaran dan pembayaran reksa dana bisa dilakukan dengan platform online. Melalui penggunaan teknologi internet, lanjutnya, nasabah akan lebih mudah melakukan transaksi dan efisien.
“Jika minimum investasi sudah terjangkau dan aksesnya mudah, nasabah bisa melakukan transaksi darimana saja dengan aman, kami optimis investasi di reksa dana akan tumbuh lebih cepat,” imbuh Denny.
APRDI berharap, berbagai terobosan yang dilakukan pelaku pasar dalam menjual dan mempopulerkan reksa dana mendapat dukungan dari regulator. Pasalnya, platform-platform baru berbasis teknologi yang digunakan oleh pengelola dana harus disetujui oleh regulator.
Menurutya, reksa dana adalah investasi jangka panjang yang sangat stabil. Melalui edukasi, sosialisasi dan dukungan regulator, reksa dana diharapkan menjadi produk yang populer karena menguntungkan dan aman.
Di sisi lain, setelah mendukung penurunan batas minimum setoran dari Rp 250 ribu menjadi Rp 100 ribu, APRDI juga akan mendorong penerapan Systematic Investment Plan (SIP) atau yang sering dikenal dengan investasi berkala/autodebet.
Melalui penerapan investasi berkala ini, kata Denny, nasabah akan jauh lebih mudah dalam melakukan investasi di reksa dana. Nasabah dapat berinvestasi di reksa dana mulai nominal kecil secara berkala, misalnya mingguan, bulanan ataupun kuartalan. Jadi dana investor akan didebet secara periodik sesuai pilihan nasabah.
“Melalui penerapan autodebet nasabah akan lebih mudah dalam berinvestasi. Penting untuk dipahami bahwa investasi itu soal disiplin, bukan soal besaran dana yang diinvestasikan. Dari yang kecil jika disiplin tentunya akan memberikan hasil investasi yang optimal,” pungkasnya.