REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persediaan energi fosil yang makin mengikis mendorong Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) seriusi pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Setelah sebelumnya menyebut penggunaan nuklir untuk pembangkit listrik dan sumber energi, ada sejumlah energi lainnya yang akan jadi fokus pengembangan.
“Dalam empat hingga lima tahun ke depan, kita akan lebih mengorganisasi pengembangan EBT yang selama ini dikembangkan secara desetralisasi, di 2016 rencananya juga budget untuk EBT akan dinaikkan lima kali lipat,” kata Menteri ESDM Sudirman Said kepada ROL dalam wawancara khusus belum lama ini.
Disebutkannya, bahan bakar fosil akan menjadi sejarah. Makanya, jika saat ini tidak fokus membangun EBT, akan habislah Negara sebab tak punya kedaulatan di bidang tersebut. Biofuel, kata dia, merupakan EBT yang jadi fokus sekaligus sudah terasa dampaknya karena impor menurun dan devisa lebih hemat. Selain itu, berdasarkan survei yang dilakukan sejumlah perusahaan otomotif, penggunaan biofuel sama sekali tak mengganggu kualitas kinerja kendaraan bermotor.
Selain itu, pemerintah akan pula mengembangkan konsep “Hutan Energi” di mana tersedia lahan seluas 59 juta hektare yang akan ditanami tumbuhan penghasil energi. “Konsepnya tumpang sari di atas lahan terlantar,” katanya. lahan tersebut. Sejumlah pemerintah daerah seperti Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah dan Papua telah siap bekerja sama.
Pengembangan EBT berikutnya yakni bidang mono dan mikro hidro. Sudirman berencana mengatur ketentuan tarif baru agar pengusaha kecil, pesantren dan institusi lokal bisa membangun pembangkit secara mandiri.
Untuk pengembangan solar cell, lanjut dia, Presiden telah sepakat untuk memasangnya di atap istana Presiden dan juga DPR. “Kita mulai dari kantor pemerintah dulu, kerja sama juga dengan Pemda,” tuturnya. EBT selanjutnya yakni geothermal yang akan dikembangkan dalam skala besar,pengembangan energi angina serta arus laut.