Rabu 15 Apr 2015 17:45 WIB

Dolar AS Bervariasi di Asia pasca-Penjualan AS Lemah

Petugas menghitung uang pecahan Dolar AS di salah satu tempat penukaran uang, Jakarta, Senin (2/2).(Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Petugas menghitung uang pecahan Dolar AS di salah satu tempat penukaran uang, Jakarta, Senin (2/2).(Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kurs dolar AS bervariasi terhadap mata uang utama lainnya di Asia, Rabu (15/4), setelah laporan penjualan ritel AS yang mengecewakan memperburuk kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi top dunia itu, sedangkan data produksi pabrik yang positif mendukung euro.

Pada perdagangan sore di Tokyo, dolar sedikit lebih tinggi di 119,67 yen terhadap 119,44 yen di New York pada Selasa sore, tetapi masih turun dari di atas 119,80 yen pada Selasa pagi. Euro menguat menjadi 1,0639 dolar dari 1,0628 dolar, sementara berada di 127,29 yen terhadap 127,24 yen.

"Sebagian besar fokus pada (dolar) semalam karena dirilisnya laporan penjualan ritel," kata National Australia Bank dalam sebuah komentar. "Itu sedikit di bawah harapan, tetapi jauh lebih baik daripada dua laporan sebelumnya," tambahnya.

Penjualan ritel berbalik naik dari kemerosotan tiga bulan pada Maret, tetapi naik 0,9 persen sedikit lebih lemah dari perkiraan. Tidak termasuk penjualan mobil, penjualan ritel hanya naik 0,4 persen lebih rendah dari yang diperkirakan untuk kenaikan 0,7 persen.

Kesehatan ekonomi utama dunia dipandang sebagai penting untuk waktu kenaikan suku bunga Federal Reserve. Bank sentral AS telah mengisyaratkan bahwa setiap kenaikan suku bunga -- nilai tambah untuk dolar -- sangat tergantung pada peningkatan data ekonomi.

Dengan angka AS yang biasa-biasa saja, euro mendapat dukungan dari laporan yang menunjukkan produksi industri zona euro berbalik naik kuat 1,1 persen pada Februari setelah jatuh pada Januari. Kabar positif itu muncul setelah Bank Sentral Eropa(ECB) meluncurkan program pembelian obligasi besar yang bertujuan menurunkan biaya pinjaman dan, pada gilirannya, meningkatkan ekonomi zona euro ang lesu.

Pada Selasa, yen menguat terhadap dolar dan euro setelah penasihat ekonomi Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan unit Jepang telah meluncur cukup jauh.

Dalam sebuah wawancara televisi Senin malam, Koichi Hamada menambahkan tidak perlu bagi bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ), memperluas rencana pelonggaran sangat besar, yang telah membantu penurunan sekitar 50 persen nilai yen sejak Abe meluncurkan program peningkatan ekonomi pada awal 2013.

"Kebijakan moneter BoJ jauh lebih berani dari ECB," Tetsuya Inoue, seorang mantan pejabat BoJ dan peneliti utama untuk teknologi keuangan dan pasar di Nomura Research Institute, mengatakan kepada Bloomberg News.

"Yen, yang menghadapi pelonggaran relatif lebih besar, lebih rentan menghadapi tekanan jual daripada euro."

Dolar bervariasi terhadap mata uang Asia-Pasifik.

Unit AS menguat menjadi 1,3638 dolar Singapura dari 1,3634 dolar Singapura, menjadi 31,27 dolar Taiwan dari 31,25 dolar Taiwan, dan menjadi 1.097,60 won Korea Selatan dari 1.095,10 won.

Greenback melemah menjadi 32,46 baht Thailand dari 32,51 baht, menjadi 44,57 peso Filipina dari 44,65 peso, menjadi 12.969,90 rupiah Indonesia dari 13.030,00 rupiah dan menjadi 62,42 rupee India dari 62,50 rupee.

Dolar Australia turun tipis menjadi 75,93 sen AS dari 75,97 sen AS, sementara yuan melemah menjadi 19,27 yen terhadap 19,38 yen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement