Rabu 15 Apr 2015 16:45 WIB

Bank Panin Syariah Fokuskan Pembiayaan di Sektor Retail dan Consumer

Rep: Sonia Fitri/ Red: Satya Festiani
Petugas melayani nasabah di banking hall salah satu kantor cabang Bank Panin Syariah, Jakarta,Rabu (7/5).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas melayani nasabah di banking hall salah satu kantor cabang Bank Panin Syariah, Jakarta,Rabu (7/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merespons kondisi dolar Amerika Serikat (AS) yang masih menguat, Bank Panin Syariah mulai memfokuskan pembiayaannya ke sektor retail dan consumer. Di samping, ada pula pembiayaan komersil berbentuk proyek, jasa konstruksi dan trading.  

"Kalau melihat kondisi keuangan yang belum pasti, kita memang harus berhati-hati, karena korporasi pun masih sama-sama menjaga kondisinya yang belum menentu, anggaran pemerintah juga belum turun," kata Branch Manager KCP Panin Bank Syariah Cimone Tanggerang Alna Harnita dalam acara penandatanganan perjanjian kerja sama dengan Koperasi Karyawan (Kopkar) Republika pada Rabu (15/4).

Dengan strategi tersebut, Panin Syariah optimis mampu meraih taeget serupa dengan tahun lalu, yakni kenaikan capaian pembiayaan hingga 200 persen dan pertumbuhan aset sebanyak 300 persen di 2015 dari aset yang awalnya senilai Rp 30 miliar menjadi Rp 100 miliar. Target tersebut merupakan instruksi dari pusat menimbang kondisi cabang.

Sampai saat ini, Panin Bank Syariah menggelontorkan pembiayaan kepada perusahaan dan perorangan hinhha Rp 180 Miliar per tahun. Pencairan diikuti dengan penjagaan dan jaminan agar pembayaran lancar. Caranya, mereka ingin lebih selektif dari segi dokumen dan pengawasan pembiayaan. "Kalau bisa bahkan semua aktivitas pembiayaan itu ada di bawah pantauan Panin, agar kita bisa baca situask kalau pelaksanaannya tersalurkan dengan baik," tuturnya.

Lebih selektif, sebab kendala dalam pembiayaan syariah selama ini menyangkut faktor kinerja dari hasil proyek yang berjalan tersendat. Itu semua kembali ke situasi dolar yang tengah menanjak nilainya terhadap rupiah, dampaknya, pembayaran kredit mundur meski masih bisa tertangani karena para pengguna kredit yang macet hanya di bawah dua persen saja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement