REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia siap menawarkan diri menjadi tuan rumah institusi multilateral baru yaitu bank pembiayaan infrastruktur yang menggunakan investasi berbasis syariah.
"Kita di Indonesia sedang berjuang atau bersaing untuk menjadi tuan rumah dari suatu institusi baru. Nama bakunya belum ada, tapi kalau diterjemahkan jadinya bank infrastruktur yang menggunakan investasi syariah," katanya dalam pembukaan seminar nasional ekonomi syariah di Jakarta, Selasa (14/4).
Bambang menjelaskan salah satu tujuan pemerintah mengajukan diri sebagai basis lokasi bank infrastruktur syariah, karena Indonesia sedang membangun industri keuangan syariah yang berpotensi makin berkembang di dunia internasional.
"Kita sudah ada instrumen sukuk proyek, sukuk global, sukuk ritel dan nantinya bank infrastruktur berbasis sukuk yang berskala dunia. Kombinasi ini bisa mendorong ekonomi berkelanjutan melalui industri keuangan syariah," katanya menjelaskan.
Bambang memastikan bank infrastruktur syariah ini berbeda dengan lembaga pembiayaan lain yang berbasis bank konvensional, karena menggunakan instrumen obligasi syariah atau sukuk untuk membiayai berbagai proyek infrastruktur.
"Intinya menekankan pada instrumennya, yaitu sukuk. Jadi kalau sukuk untuk keperluan proyek makin besar dan bisa difasilitasi melalui bank ini, maka sukuk makin kuat posisinya sebagai alternatif pembiayaan untuk infrastruktur," ujarnya.
Menurut dia, obligasi syariah atau sukuk saat ini terus berkembang menjadi instrumen baru dalam skema pembiayaan infrastruktur dan industri keuangan syariah di Indonesia bisa mendapatkan manfaat apabila ikut terlibat dalam bank infrastruktur syariah ini.
"Kita harus terus memperbaiki diri dan memperbaiki kinerja sukuk agar manfaatnya lebih besar. Di belahan dunia lain, pengembangan sukuk internasional untuk proyek sudah biasa, karena sukuk secara alamiah dan regulasi sangat memungkinkan," katanya.
Ia menambahkan tidak hanya negara-negara muslim yang nantinya mendapatkan manfaat dari bank infrastruktur syariah ini, karena yang terpenting institusi ini bisa menjadi alternatif lain dari skema pembiayaan proyek infrastruktur yang selama ini masih terbatas.
"Tidak hanya untuk negara-negara Islam atau proyek bernuansa Islam, tapi proyek 'general' juga dan peminjamnya boleh siapa saja. Yang penting bank itu menjalankan transaksinya berpedoman pada syariah. Kalau banknya (nanti) besar, ini menjadi sangat luar biasa," kata Bambang.