REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Pengamat Ekonomi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Dr Joubert Maramis mengatakan investor di Indonesia masih "wait and see" atau menunggu dan melihat kondisi untuk membeli maupun melepas obligasi karena ekspektasi suku bunga dan inflasi yang meningkat tajam.
"Permasalahan saat ini adalah pasar atau investor masih "wait and see" untuk membeli atau melepas obligasi negara atau SUN karena adanya kecendrungan suku bunga dimasa depan yg diekspektasikan meningkat karena saat ini inflasi nasional dan daerah ada kecendrungan meningkat tajam," kata Joubert, di Manado, Senin (13/4).
SUN dan obligasi pemerintah adalah instrumen obligasi investasi jangka menengah dan jangka panjang serta low risk. Biasanya investasi riskless jangka panjang ini tidak terlalu dipengaruhi oleh volalitas pasar modal jangka pendek.
Karakteristiknya memang berbeda dengan saham yang relatif volatility, satu-satunya yang mempengaruhi kupon rate adalah suku bunga atau SBI. Hal ini, katanya, dapat dilihat dari mulai merangkak naiknya harga barang dan jasa dipasar belakangan ini. Beberapa tarif dasar mulai naik.
Joubert mengatakan kalau inflasi naik, maka suku bunga akan naik, maka ada dua kemungkinan bagi investor di SUN dan obligasi negara akan bertindak yaitu pertama dalam jangka pendek ia akan melepas portofolio SUN dan obligasi karena tidak menguntungkan lagi karena kupon rate lebih rendah dari SBI. "Ini bisa picu jatuhnya nilai obligasi negara dibawah atau nilai nominalnya," jelasnya.
Kedua, katanya, jika ekapektasi investor bahwa fluktuasi ini hanya jangka pendek dan stabil dimasa depan maka ia akan terus menahan obligasi dan SUN.