Senin 30 Mar 2015 09:55 WIB

Naik Turun Harga BBM Jadi Bumerang Bagi Pemerintah

Rep: c 26/ Red: Indah Wulandari
Seorang petugas melayani penjualan bahan bakan minyak (BBM) di salah satu SPBU Kawasan Tanah Abang, Jakarta, Rabu (18/3).  (Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Seorang petugas melayani penjualan bahan bakan minyak (BBM) di salah satu SPBU Kawasan Tanah Abang, Jakarta, Rabu (18/3). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kebijakan kenaikan harga bahan bakar (BBM) menjadi bumerang bagi pemerintah.

"Saya rasa dengan melepas kenaikan harga ini akan jadi bumerang sendiri bagi pemerintah," kata pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listyanto, Ahad (29/3).

Menurutnya, sedari awal pemerintah terlalu percaya diri bahwa harga minyak dunia tidak akan segera naik. Oleh karena itu, harga diturunkan setelah beberapa saat dinaikkan.

Namun, pada kenyataannya tidak sesuai harapan. Harga minyak dunia justru naik.

Ia mengatakan, pada saat harga minyak dunia naik seperti sekarang, pemerintah terpaksa menaikkan harga BBM. Tetapi, yang justru mengkhawatirkan dampak yang ditimbulkannya dari kenaikan ini.

“Inilah akibat pemerintah berpatok mengikuti harga internasional. Masyarakat nggak siap dengan ini, nggak terbiasa dengan naik turun harga," jelasnya.

Pemerintah, Sabtu (28/3) lalu resmi menaikan harga BBM untuk jenis solar dan premium. Keduanya memiliki tingkat kenaikan yang sama sebesar Rp 500. Harga masing-masing menjadi Rp 6.900 untuj solar dan Rp 7.400 untuk premium. Ini berlaku untuk di Jawa-Madura-Bali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement