REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis Institute Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listyanto mengatakan, terlalu jauh mengaitkan kerusakan mesin cetak uang dengan melemahnya kurs Rupiah. "Kalau kerusakan mesin cetak uang rupiah dikaitkan dengan melemahnya kurs Rupiah dengan dolar sepertinya terlalu jauh, kemungkinan besar tidak begitu signifikan kaitannya," kata Eko lewat pesan singkat kepada ROL, Selasa (24/3).
Menurutnya, kerusakan mesin cetak uang lebih berpengaruh terhadap ketersediaan Rupiah yang layak edar untuk kebutuhan masyarakat. Sementara, rupiah yang melemah diakibatkan pasokan dolar di pasar uang dalam negeri lebih kecil. Berbanding terbalik dengan permintaan yang besar dari masyarakat.
"Melihat kondisi yang saat ini terjadi bukan dampak dari langkanya uang Rupiah di dalam negeri. Penggunaan dolar masih lebih tinggi daripada mata uang negara sendiri. Ditambah perekonomian negara adidaya tersebut semakin membaik. Jadi penguatan dolar terjadi di semua mata uang," paparnya.
Sebelumnya, anggota DPR, Sufmi Dasco Ahmad mengatakan, menurunnya nilai tukar rupiah akibat ketidakmampuan pencetakan uang untuk Bank Indonesia (BI). Sufmi mengungkapkan kerusakan pada mesin cetak uang yang membuat nilai tukar Rupiah semakin merosot. Salah satunya karena mesin pencetak uang rusak sehingga tidak bisa maksimal mengeluarkan Rupiah untuk BI.