REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meningkatnya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah berdampak pada pelemahan mata uang Indonesia ini. Pengamat pasar uang, Farial Anwar mengatakan melemahnya rupiah dikarenakan faktor eksternal dan internal.
"Melemahnya rupiah karena mengalami tekanan dari faktor eksternal dan internal," kata Farial kepada ROL, Selasa (24/3).
Ia mengatakan Amerika akan menaikan tingkat suku bunganya. Menyusul kondisi ekonomi yang relatif membaik. Selain itu, angka pengangguran semakin menurun dan inflasi yang semakin meningkat.
Hal itu dikatakannya berakibat Amerika Serikat menghentikan kebijakan menggelontorkan dolar AS di pasar. Pasokan mata uang Amerika itu pun berkurang. Kebijakan ini ditambah dengan kenaikan suku bunga yang menyebabkan dolar menguat ke seluruh mata uang di dunia termasuk rupiah.
Sementara itu dari dalam negeri, ia menyebutkan neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit. Hal ini berakibat tekanan pada nilai tukar rupiah.
Menurutnya permintaan dolar AS jauh lebih besar dari ketersediaannya di bank. Kondisi ini karena impor jauh lebih besar dari ekspor sehingga pembelian dolar AS meningkat. Devisa ekspor pun tidak masuk ke dalam negeri. Alhasil permintaan jauh lebih besar dari penjualan mata uang Amerika itu.
Dua hal itu disebut Farial menjadi masalah utama pelemahan rupiah. Ia sekaligus membantah pernyataan Anggota DPR Fraksi Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad sebelumnya. Sufmi mengatakan kerusakan mesin cetak uang mengakibatkan pelemahan Rupiah karena pasokannya menurun ke Bank Indonesia.