Rabu 18 Mar 2015 13:00 WIB

Produk Furnitur Indonesia Berdaya Saing Global

Rep: C78/ Red: Satya Festiani
Furnitur berbahan kayu
Foto: Rimbakita
Furnitur berbahan kayu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produk furnitur Indonesia masih mampu berdaya saing di pasar global meskipun isu lingkungan hidup tengah marak. Buktinya, buying mission 2015 Indonesia yang diinisiasi Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan berhasil mencatatkan transaksi sebesar 1,3 juta dolar akhir pekan lalu.

“Di tengah maraknya isu global tentang lingkungan yang bergerak ke arah environmentally friendly dan sustainable of trade, Indonesia mampu membuktikan daya saing produknya melalui dokumen V-Legal," kata Direktur Pengembangan Promosi dan Citra Kemendag Pradnyawati sebagaimana rilis yang diterima Republika Online pada Selasa (17/3). Ia menegaskan, dokumen V-Legal menjadi daya saing produk furnitur Indonesia di pasar internasional.

Dijelaskannya, Kemendag melalui Ditjen PEN di 2015 melaksanakan misi pembelian yang merupakan inisiatif baru pada 2014. Importir furnitur asal Jerman, Index Living GmbH, telah melakukan kontrak pembelian produk senilai USD 1,3 juta dengan lima perusahaan furnitur Indonesia pada Sabtu (14/3) akhir pekan lalu. Index Living GmbH merupakan importir dan toko ritel furnitur asal Jerman yang telah memiliki jejaring untuk memasarkan produk furnitur asal Indonesia ke seluruh Eropa.

Misi pembelian, kata dia, merupakan salah satu skema promosi yang disediakan Kemendag untuk membantu dunia usaha dengan mendatangkan pembeli ke Indonesia agar dapat melakukan kesepakatan atau transaksi dagang dalam rangka ekspor. Upaya ini dilakukan melalui kerjasama Ditjen PEN dengan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Hamburg.

Perusahaan asal Cirebon yang berbasis rotan, House of Rattan, merupakan salah satu perusahaan yang menandatangani kontrak tahun ini dengan Index Living GmbH. Perusahaan lainnya adalah Yogya Indo Global (Yogyakarta), Woodwork Interior (Jepara), dan Nuansa Kayu Bekas (Solo).

Perusahaan yang berada di Jl Tegalwangi Km 09, Cirebon ini juga telah mengekspor rata-rata 120-150 kontainer per bulan ke negara tujuan ekspor, seperti Amerika Serikat (70 persen), Eropa (30 persen), serta negara Asia dan Afrika (20 persen). House of Rattan juga telah bekerja sama dengan nama-nama besar importir dan toko ritel di AS, seperti Pier 1, Crate and Barrel, serta Williams-Sonoma.

"Salah satu pertimbangan utama Index Living untuk tetap mengimpor dari Indonesia adalah karena produk-produk Indonesia berstandar kualitas tinggi, ramah lingkungan, dan sesuai dengan preferensi konsumen di Jerman," tutur Pradnyawati.

Seperti diketahui, Indonesia menduduki peringkat ke-19 dunia sebagai negara eksportir furnitur. Pada 2014, total ekspor furnitur Indonesia mencapai nilai 1,78 miliar dolar. Meski selama periode 2010-2014 ekspor furnitur Indonesia mengalami tren negatif 1,46 persen, peningkatan nilai setahun terakhir ini cukup menggembirakan, yaitu sebesar 2,18 persen. Jerman sendiri menduduki posisi ke-4 sebagai negara tujuan ekspor furnitur dengan nilai 80,8 juta dolar dan share sebesar 4,53 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement