REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak menguat sebesar 50 poin menjadi Rp13.180 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.230 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan neraca perdagangan Februari 2015 yang mencatatkan surplus mampu mengurangi tekanan dolar AS di pasar valas domestik, sehingga rupiah berada dalam area positif.
Tercatat, dalam pernyataan resmi di laman BI, neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2015 kembali mencatat surplus sebesar 0,74 miliar dolar AS, setara Rp9,62 triliun (kurs Rp13.000), relatif stabil dibanding surplus Januari 2015 sebesar 0,75 miliar dolar AS atau Rp9,75 triliun.
Rangga menambahkan saat ini fokus pelaku pasar akan beralih terhadap pengumuman tingkat suku bunga acuan (BI rate). Diperkirakan BI rate dipertahankan di level 7,5 persen sehingga dapat menahan pelemahan rupiah ke depannya.
"Penurunan BI rate di saat penguatan dolar AS di pasar global akan menambah tekanan pelemahan terhadap rupiah," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan pemerintah yang akan mengeluarkan paket kebijakan salah satunya kemudahan untuk berinvestasi, insentif fiskal, kebijakan pengurangan impor dengan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping Sementara (BMADS) serta pemanfaatan biodiesel, menjadi salah satu faktor positif bagi rupiah.
Selain itu, lanjut Ariston, pemerintah juga akan mengeluarkan paket kebijakan ekonomi yang bertujuan memperbaiki kinerja neraca perdagangan.
"Dengan begitu, diharapkan rupiah akan lebih stabil sehingga fundamental ekonomi tetap terjaga dan tidak rapuh dalam menghadapi tekanan ekonomi global," katanya.