Selasa 17 Mar 2015 03:35 WIB

Dolar Melemah Wall Street Menguat

Rep: c22/ Red: Taufik Rachman
Petugas menghitung uang rupiah dan dolar di salah satu penukaran uang di Jakarta, Kamis (5/3).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Petugas menghitung uang rupiah dan dolar di salah satu penukaran uang di Jakarta, Kamis (5/3).

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Dolar melemah pada Senin (16/3) menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve, sehingga Bank Sentral Amerika Serikat harus berhati-hati dalam menaikkan suku bunga. Sementara, saham Wall Street naik karena jatuhnya dolar membuat kekhawatiran Wall Street mereda.

Kini harga minyak kembali jatuh sekitar 3 persen. Penurunan harga minyak dikarenakan kelebihan pasokan minyak mentah Amerika Serikat.

Mata uang euro meningkat  sekitar seperempat persen dari nilainya terhadap dolar sejak pertengahan tahun 2014. Euro naik 0,9 persen menjadi 1,0595 dolar atau lebih dari Rp 100 juta, setelah sebelumnya menyentuh level terendah pada Januari 2003. Banyak investor mengatakan kelemahan mata uang disebabkan penurunan yang sangat besar sejak September 2011.

Gubernur bank sentral Italia mengatakan Euro jatuh lebih cepat. Hal itu meleset dari perkiraan Bank Sentral Eropa yang mengharapkan euro mengalami kenaikan  yang signifikan pada hari Senin, karena Bank Sentral Eropa meluncurkan pelonggaran kuantitatif.

Indeks dolar Amerika Serikat di DXY mengukur uang kertas yang turun 0,8 persen. kekuatan dolar membuat khawatir para investor. Kepala strategi broker ConvergEx, Nick Colas mencatat penurunan mata uang berdampak pada keuntungan perusahaan multinasional.

"Kami sedang mencari celah untuk euro dan kami senang ini berlangsung selama enam bulan terakhir," kata Colas seperti yang dilansir dari Reuters, Selasa (17/3).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement