REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menyatakan bahwa harga beras di sejumlah provinsi sudah turun. Pasalnya, pada Maret 2015 ini sudah mulai memasuki musim panen raya sehingga kebutuhan beras di masyarakat tercukupi.
"Kita sudah mulai panen, sekarang tinggal bagaimana kesiapan Bulog menyerap hasil panen dengan, penyerapannya sekitar sepuluh persen," ujar Rachmat ketika berkunjung ke Republika, Senin (16/3). Rachmat optimistis harga beras akan terus menurun sampai ke harga normal.
Menurutnya, kekurangan stok beras mendekati musim panen merupakan hal yang wajar, sehingga tidak perlu impor. Apalagi, Indonesia sudah memiliki rencana produksi setiap musim.
"Masalah benih, pupuk, saluran air semua sudah diperbaiki sehingga produktivitas bisa naik," kata Rachmat.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Srie Agustin mengatakan, Kementerian Perdagangan telah memantau 165 pasar di 34 provinsi di Indonesia. Menurutnya, harga beras rata-rata nasional per 16 Maret 2015 sudah turun satu persen dibandingkan dengan pekan lalu, yakni dari Rp.10.540 per kilogram menjadi Rp.10.430 per kilogram.
Penurunan tersebut disebabkan pasokan paasar bertambah karena terjadi musim panen di sejumlah daerah lumbung padi seperti Indramayu, Karawang, Demak, Pinrang, dan Sidrap. Sementara itu, harga beras di sebelas daerah ibukota provinsi sudah turun antara 0,6 persen sampai 6,3 persen.
Harga terendah terjadi di Surabaya yakni dengan kisaran harga Rp. 8600 per kilogram. Sedangkan kenaikan harga beras hanya terjadi di Kendari sebesar 0,6 persen, yakni dari Rp. 10.350 per kilogram menjadi Rp.10.410 per kilogram.
"Harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang juga turun, karena pasokan bertambah 86,4 persen dari 2.280 ton menjadi 4.252 ton," ujar Srie.