Sabtu 14 Mar 2015 11:02 WIB

Rupiah Melemah, Travel Umrah Merugi

Rupiah Semakin Melemah: Teller menghitung uang rupiah di Banking Hall Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (11/3).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Rupiah Semakin Melemah: Teller menghitung uang rupiah di Banking Hall Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (11/3).

REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Pengusaha penyedia jasa layanan umroh di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengaku merugi karena melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Mereka pun mengaku harus menutup kekurangan biaya ibadah umroh sejumlah kliennya dampak menguatnya dolar AS.

"Ada selisih biaya (umrah) akibat fluktuasi nilai tukar rupiah atas dolar yang tidak bisa kami lakukan tagihan pada pelanggan. Mereka sudah lunas saat dolar masih di bawah harga sekarang," ungkap pengusaha biro jasa pelayanan ibadah umroh "Menara Kamilah" di Tulungagung, Dzulhaq Reza Syahruniam, Sabtu (14/3).

Di semua biro jasa ibadah umroh, tarif layanan plus seluruh akomodasi jamaah dipatok menggunakan dolar, sebagai patokan mata uang asing yang digunakan dalam transaksi internasional. Penggunaan standar mata uang dolar ini berdampak negatif saat nilai tukarnya menguat atas rupiah.

Akibatnya, seperti diungkapkan Dzulhaq, biro jasa yang dikelolanya harus menombok biaya paket umrah para jamaah yang menjadi pengguna jasanya.

Sebelumnya mereka mematok harga paket umroh reguler sembilan hari sebesar 2.000 dolar AS, umroh reguler 12 hari sebesar 2.100 dolar AS dan umroh reguler 15 hari sebesar 2.200 dolar AS.

"Harga tersebut kemi tentukan saat kurs dolar masih Rp12 ribu, sedang saat ini kurs-nya sudah tembus Rp13 ribu," kata Dzulhaq.Maret ini mereka akan memberangkatkan 19 jamaah umroh reguler 15 hari.?

Kebanyakan jamaah sudah melunasi pembayaran pada bulan Februari lalu. Jika dinominalkan rupiah, total ongkos yang dibayarkan jamaah berkisar Rp 27 juta. "Tapi jika menggunakan kurs saat ini seharusnya mencapai Rp 29 juta," tuturnya.

Akibatnya pihak penyedia jasa umroh harus merogoh kocek sendiri untuk menutupi kekurangan biaya jamaah. Hal ini dikarenakan pihak umroh tidak mungkin meminta tambahan ongkos ke jamaah. "Mereka sudah melunasi terlebih dahulu sebelum nilai tukar rupiah melemah," jelasnya.

Selain itu pihak penyedia jasa umroh juga harus mengatr strategi keuangan agar tidak mengalami kerugian. Salah satunya dengan membatasi budget operasional. "Kalau tidak dibatasi kerugian akan semakin besar," ucap dia.

Dzulhaq berharap, pemerintah segera mengambil tindakan agar nilai tukar rupiah kembali menguat. "Jika masih seperti ini pengusaha jasa umroh akan terus kesusahan," keluhnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement