REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Bank Indonesia mencatat kondisi pelemahan nilai tukar mata uang di dunia terhadap dolar AS dipengaruhi tiga hal. Dua faktor berasal dari ekonomi global dan satu faktor adalah kondisi ekonomi negara tersebut.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, pelemahan nilai tukar mata uang di dunia terutama didorong penguatan dolar karena perbaikan ekonomi AS yang terus menguat. Selain itu, rencana kenaikan fed fund rate menyebabkan dolar menguat.
Kedua, penggelontoran injeksi likudiitas moneter atau quantitative easing (QE) yang dilakukan bank sentral Eropa (ECB) dan bank sentral Jepang (BoJ). QE yang dilakukan ECB dan BoJ tidak hanya menambah likuiditas tapi juga memperlemah mata uang euro dan yen terhadap dolar.
Perry mengatakan, pada 2014 euro melemah terhadap dolar 13,5 persen, yen melemah 12-13 persen, sedangkan rupiah melemah 1,8 persen. Rupiah memang melemah terhadap dolar 1,8 persen tapi menguat terhadap yen dan euro 11 persen.
“Ini semakin memperlemah euro dan yen terhadap dolar. Seluruh negara emerging menghadapi fenomena ini, termasuk rupiah menghadapi pelemahan,” kata Perry dalam konferensi pers di kantor Kemeterian Keuangan, Jakarta, Selasa (10/3).
Selain itu, faktor ketiga adalah faktor domestik. Indonesia masih menghadapi neraca transaksi berjalan yang defisit (CAD). Meskipun langkah-langkah stabilitasi pemerintah berhasil menurunkan defisit current account pada 2013 menjadi 3,3 persen, dan 2014 menjadi 3 persen. Bank Indonesia optimistis tahun ini CAD bisa dikendalikan di level 3 persen. Karena beberapa proyek, menurutnya CAD bisa 2,8 persen. Jika ada tambahan kebijakan-kebijakan pemerintah akan membawa CAD di level 3 persen.