REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program swasembada pangan tak hanya dapat dicapai dengan mengandalkan potensi dalam negeri. Keterlibatan dunia Internasional pun mesti digenjot dalam hal kerja sama percepatan diseminasi kepada masyarakat luas hingga ke tingkat grass root society. Karenanya, Kementerian Pertanian (Kementan) berniat mengukuhkan kerja sama Internasional yang sudah berjalan di Indonesia saat ini yakni Kerja Sama Sub-Regional (KESR) dan Developing Eight (D-8).
"Jadi, kerja sama luar negeri itu jangan hanya sebatas kunjungan, seminar, tukar menukar informasi saja, tapi harus diarahkan pada kepentingan trade," kata Sekretaris Jenderal Kementan Hari Priyono usai menyampaikan sambutan acara "Workshop Dukungan Terhadap Swasembada Pangan Melalui Forum Internasional Kerja Sama Ekonomi Sub Regional" pada Selasa (10/3).
Dikatakannya, agenda tersebut memang penting guna menjalin silaturahim antarbangsa. Biayanya pun kecil, namun jika dilakukan secara sering, malah akan menjadi bengkak. Lagipula, jangan sampai negara merasa cukup dengan "cemilan", tapi tak berupaya meraih menu utama yakni kerja sama ekspor dan perdagangan. Terlebih jelang Era Masyarakat Ekonomi Asean di penghujung 2015 yang harus dihadapi dengan realistis pragmatis, kerja sama Internasional harus ditegaskan dan disiapkan, didukung dengan data komoditas yang memadai.
Bentuk pengukuhan, lanjut dia, di mana dalam KESR Indonesia bekerja sama dengan negara tetangga di bidang ekonomi yang memiliki kedekatan lokasi, komplementaritas dan sumber daya. Dikatakannya, sampai saat ini terdapat dua KESR yang aktif yakni KESR antara Indonesia-Malaysia-Thailand dan KESR Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philiphines East Asean Growth Area. Untuk bidang investasi antara Indoneaia dengan Filipina yakni pengembangan padi hibrida.
Sementara, untuk kerja sama D-8, Kementan melakukan rencana kerja antar pihak swasta untuk mengembangkan pasar-pasar produk peternakan unggas. Kerja sama tersebut beranggotakan delapan negara dengan mayoritas penduduk Muslim yakni Bangladesh, Indonesia, Iran, Malaysia, Mesir, Nigeria, Pakistan dan Turki.
"Ke depan, para negara anggota akan menyusun rancangan peluang dan tantangan meraih swasembada pangan Indonesia," ungkapnya. Akan pula dibahas soal isu-isu terkait kelompok kerja agro-industri dan perikanan serta kesiapan daerah dalam mendukung swasembada pangan.