Ahad 08 Mar 2015 19:46 WIB

Ekspor Kayu Log akan Matikan Pengusaha Kayu Hilir

Rep: C78/ Red: Djibril Muhammad
Proyeksi Ekspor Kayu dan Produk Kayu: Pekerja mengangkut kayu di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Kamis (12/2).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Proyeksi Ekspor Kayu dan Produk Kayu: Pekerja mengangkut kayu di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Kamis (12/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pengusaha kayu di sektor hilir mengaku keberatan jika wacana pengauran ekspor kayu log terealisasi. Sebab, ekspor tersebut akan mematikan usaha mereka yang saat ini memang tengah sulit.

"Kita beli bahan baku saja sudah mahal, apalagi kalau ada ekspor, pasti akan lebih berat lagi persaingannya," kata salah seorang pengrajin kayu mahoni dan rotan asal Lombok Nusa Tenggara Barat, Haryono, kepada Republika, Ahad (8/3).

Dikatakannya, setiap bulan ia belanja kayu mahoni untuk kebutuhan produksi sebesar 2-3 kubik. Sementara, harga yang dipatok per kubiknya menurut dia sangat tinggi yakni Rp 2,7 Juta hingga Rp 3 Juta.

Bahan mentah yang mahal tersebut baginya sudah cukup memberatkan. Apalagi ketika keran ekspor dibuka, ia khawatir pengrajin nasional bisa kalah saing dengan pengusaha asal Cina dan Thailand yang memang sudah andal dalam pasar distribusi.

Karenanya, ia berharap pemerintah dapat berperan dampn pasang badan, menjaga agar pengusaha kayu hilir nasional tak mati.

Ketimbang membuka keran ekapor, lanjut dia, lebih baik pemerintah memperkuat industri kecil dan menengah di bidang kerajinan kayu. Tujuannya agar industri hilir berkembang, dan peningkatan nilai tambah kayu akan pesat.

Sementara itu, Ketua Dewan Perwakilan Daerah Asoasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) Wilayah Lombok Dewi Hariyati sepakat, jangan sampai keran ekspor kayu bulat terealisasi karena kaitannya dengan keberlangsungan pengusaha kerajinan kayu nasional.

Dikatakannya, dari anggota Asephi se-Lombok sebanyak 150 pengusaha, terdapat 30 pengusaha yang bergerak di bidang kerajinan kayu. Selama ini, mereka terkendala masalah pengadaan bahan baku yang harganya mahal dan terbatas.

Karenanya, ketimbang ingin mengekspor kayu mentah, pemerintah lebih baik meningkatkan ekspor di bidang kerajinan. "Saya pikir pemerintahan Jokowi harus menata sistem ekspor kerajinan kayu Indonesia agar mudah dan berkembang," tuturnya.

Di samping itu, peran pemerintah daerah harus tanggap membantu para pengusaha agar tak kesulitan dalam hal distribusi. Baik itu distribusi antar daerah, maupun antarnegara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement