REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia menyatakan dampak jatuhya harga minyak dunia di global tidak sama di seluruh negara karena hal itu juga bergantung antara lain kepada status suatu negara, termasuk dalam kategori pengimpor atau pengekspor minyak.
"Meski bermanfaat bagi keseluruhan ekonomi global, harga minyak murah menyulitkan pembuatan kebijakan moneter perekonomian negara-negara yang sedang menghadapi daya deflasi yang kuat," kata Direktur Kelompok Prospek Pengembangan Bank Dunia Ayhan Kose dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (7/3).
Bank Dunia juga mengeluarkan kajian baru yang bertajuk "The Great Plunge in Oil Prices: Causes, Consequences, and Policy Responses".
Berdasarkan kajian tersebut, bagi banyak negara pengimpor minyak, akibat lain dari anjloknya harga minyak adalah inflasi yang melambat, yang secara sementara dapat mengendurkan tekanan bank sentral di negara tersebut, bahkan dapat membuat penetapan tingkat suku bunga yang lebih rendah.
Sementara bagi negara-negara pengekspor minyak, bank sentral di negara-negara tersebut dinilai harus memiliki keseimbangan yang diperlukan guna mendukung pertumbuhan melawan kebutuhan untuk mengatasi inflasi dan juga tekanan mata uang.
Untuk itu, impilkasi fiskal bagi harga minyak yang rendah juga akan berbeda antara pengimpor dan pengekspor minyak, dan Bank Dunia juga menyatakan harga minyak yang rendah juga kesempatan untuk mereformasi subsidi BBM yang tidak efisien.
Lembaga keuangan multilateral itu dalam kajiannya juga menyatakan terdapat berbagai hal yang mengakibatkan anjloknya harga minyak, antara lain pesatnya pertumbuhan pasokan minyak dari sumber-sumber yang tidak konvensional.
Selain itu, faktor lainnya antara lain adalah perubahan sudut pandang dalam kebijakan OPEC, dan permintaan global yang melemah dari berbagai kawasan yang ada di dunia.
Sebelumnya, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan pihaknya sedang membiasakan harga bahan bakar minyak (BBM) yang sudah tidak disubsidi akan mengikuti mekanisme pasar global. "Kita memang sedang harus membiasakan bahwa namanya BBM nonsubsidi akan naik turun sesuai dengan perkembangan pasar," kata Sudirman usai bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Senin (2/3).