REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih terhitung mengalami pelemahan pada perdagangan Jumat (6/3). Wakil Presiden Jusuf Kalla pun mengatakan kondisi di dalam negeri juga berpengaruh pada tren pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
"Ada faktor internal justru karena mengurangnya ekspor, mengurangnya devisa, orang bayar utang, sehingga dolar dicari, artinya rupiah mencari apa itu, orang banyak membeli dolar, berarti dolarnya menguat, pastilah, kalau ekspor kita menurun kemudian banyak orang butuh dolar, pasti terjadi juga itu," kata JK di kantor Wapres, Jakarta, Jumat (6/3).
Menurut Kalla, pelemahan rupiah ini tidak akan berdampak langsung pada peningkatan ekspor. Sebab, peningkatan ekspor juga membutuhkan waktu beberapa bulan.
"Tidak bisa hari ini rupiah melemah besok ekspor langsung naik, biasanya ada waktunya, sebulan dua bulan," jelasnya.
Untuk mengatasi kondisi ini, ia mengatakan pemerintah harus memperbaiki neraca pembayaran. Selain itu, hingga saat ini ia menilai pemerintah belum perlu untuk mengintervensi pelemahan rupiah ini.
Sebab, intervensi akan menjadi sia-sia lantaran pelemahan rupiah disebutnya disebabkan oleh faktor eksternal. "Diintervensi apapun kalau terjadi penguatan dari faktor eksternal tidak akan mempan, eksternal. Tapi ndak apa-apa," kata JK.
Selain itu, penggalakan penggunaan rupiah sebagai alat transaksi pun dinilainya sudah dilakukan. JK mengatakan dalam bisnis, hampir sebagian besar mata uang rupiah telah digunakan meskipun tarif yang dipakai adalah dollar.
"Sebagian besar kita pakai rupiah walaupun tarifnya dollar, tapi kan kita bayar dengan rupiah sebenarnya, katakanlah hotel, ada hotel yang tarif dollar, tapi orang bayar dengan rupiah, kecuali orang asing," jelas dia.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah ke posisi Rp 13.007 per dollar AS, dibanding penutupan kemarin pada 12.990. Namun sekitar pukul 08.30 WIB, rupiah berhasil merangkak naik ke level 12.980.