Rabu 04 Mar 2015 15:01 WIB

Indonesia-Selandia Baru Tingkatkan Kerja Sama Ekonomi

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat mengunjungi peternakan Whenuanui Cattle Farm, di Helensivlle, Auckland, Selandia Baru, Senin (2/3) 2015
Foto: Twitter Kemlu RI
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat mengunjungi peternakan Whenuanui Cattle Farm, di Helensivlle, Auckland, Selandia Baru, Senin (2/3) 2015

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi bertemu dengan Menteri Luar Negeri Selandia Baru Murray McCully dalam "Joint Ministerial Commission" (JMC) ke-7 RI-Selandia Baru pada Selasa (3/3) di Auckland, di mana kedua pihak sepakat untuk meningkatkan kerja sama ekonomi. Hal itu disampaikan dalam keterangan pers dari Kementerian Luar Negeri RI yang diterima di Jakarta, Rabu (4/3).

Di bidang perdagangan, kedua negara juga sepakat untuk meningkatkan volume perdagangan bilateral yang lebih seimbang untuk mencapai target perdagangan senilai empat miliar dolar Selandia Baru atau sekitar Rp 40 triliun pada 2024. Total perdagangan antara Selandia Baru dan Indonesia mencapai sekitar 1,3 miliar dolar AS pada 2014.

Menlu RI dan Selandia Baru juga sepakat untuk meningkatkan kerja sama di bidang panas bumi (geothermal), termasuk investasi teknologi panas bumi. Selanjutnya, kedua Menlu menekankan masih banyak peluang kerja sama di bidang pertanian dan peternakan sehingga kedua pihak sepakat memperkuat kerja sama ekspor buah tropis dari Indonesia ke Selandia Baru dan pengembangan budidaya sapi ternak asal Selandia Baru di Indonesia.

"Peningkatkan kerja sama di bidang pertanian dan peternakan yang saling menguntungkan akan memberikan manfaat bagi petani, peternak dan konsumen Indonesia," ujar Menlu Retno. "Indonesia mengakui kapasitas dan pengalaman Selandia Barudalam budidaya ternak, yakni sektor yang ingin dipelajari lebih lagi oleh Indonesia dalam upaya mencapai keberlanjutan produksi daging sapi dan ketahanan pangan," lanjut dia.

Menurut Retno, penguatan kerja sama di sektor ternak sapi akan memungkinkan Indonesia untuk memvariasikan suplai ternak dan daging sapi serta memampukan Indonesia untuk memperoleh sumber-sumber daging yang lebih luas.

Dia mengungkapkan sebenarnya sudah ada keterhubungan yang kuat antara Selandia Baru dan Indonesia dalam sektor peternakan sapi. Indonesia memasok 49,7 persen kebutuhan "palm kernel expeller" di Selandia Baru.

"Palm kernel expeller" adalah produk limbah dari produksi minyak sawit yang merupakan sumber penting pakan tambahan untuk ternak, terutama untuk peternakan industri susu. Sementara itu, 43 persen ekspor produk susu dari Selandia Baru ditujukan ke Indonesia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement