Rabu 25 Feb 2015 18:49 WIB

Kemendag Bidik Promosi Ekspor ke Afrika-Timteng

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Djibril Muhammad
Proyeksi Ekspor Kayu dan Produk Kayu: Pekerja mengangkut kayu di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Kamis (12/2).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Proyeksi Ekspor Kayu dan Produk Kayu: Pekerja mengangkut kayu di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Kamis (12/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan akan melebarkan sayap dalam melakukan promosi ekspor ke sejumlah negara di Afrika dan Timur Tengah yang selama ini belum diterobos.

Beberapa negara di benua tersebut dinilai memiliki perkembangan ekonomi yang bagus, sehingga potensial untuk menjadi pangsa pasar ekspor baru.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Nus Nuzulia Ishak mengatakan, untuk meningkatkan target ekspor 300 persen Indonesia harus jeli melihat market baru.

Selain menjaga pasar dengan lima negara tujuan ekspor utama, pemerintah gencar mendorong para atase dan duta besar untuk menganalisis market di negara masing-masing.

"Tahun ini ada 161 titik promosi ekspor, salah satu yang akan kita bidik yakni Mozambik dan Namibia," ujar Nus di Jakarta, Rabu (25/2).

Nus menjelaskan, komoditi utama masih menjadi andalan ekspor bagi Indonesia. Misalnya, tekstil dan produk tekstil (TPT), CPO dan turunannya, furniture, dan chemical. Selain itu, pemerintah juga telah menjajaki distribution center dengan Cina, yang menjadi pangsa pasar ekspor nomor wahid untuk Indonesia.

"Cina tidak boleh kita tinggalkan, dan harus agresif karena pangsa pasarnya besar," ujar Nus.

Selain Cina, negara lain yang menjadi pangsa pasar ekspor terbesar bagi Indonesia yakni Jepang, Korea Selatan, dan Singapura.

Negara-negara tersebut menguasai 60 persen pangsa pasar ekspor Indonesia. Selain itu, Indonesia juga harus bergerak ke negara tujuan yang prospektif seperti Dubai, Hong Kong, dan Saudi Arabia.

Dengan anggaran promosi yang terbatas, Nus berharap para atase perdagangan dan duta besar dapat melakukan promosi ekspor dan analisis pasar di negara masing-masing.

Dengan demikian, pemerintah dapat mengidentifikasi produk apa saja yang dapat digenjot di dalam negeri untuk memenuhi pasar ekspor secara global.

"Anggaran promosi kita tahun ini hanya Rp.58 miliar, jika dibandingkan dengan anggaran promosi Malaysia kita masih kalah, dana mereka mencapai Rp. 800 miliar," ujar Nus.

Sementara total dana operasional untuk Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan sebesar Rp. 280 miliar. Nus mengatakan, dengan anggaran yang terbatas dia berharap peran atase perdagangan dan duta besar dapat membantu pengembangan promosi ekspor Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement